Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menanggapi terkait lembaga pemeringkat Standard & Poor's Global Ratings (S&P) kembali mempertahankan peringkat kredit Indonesia pada 'BBB' dengan outlook stabil. S&P sebelumnya mempertahankan Sovereign Credit Rating Indonesia pada BBB dengan outlook stabil pada 30 Juli 2024.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Deni Surjantoro mengatakan penilaian kredit tersebut karena S&P melihat pertumbuhan ekonomi yang solid, kebijakan ekonomi yang cermat dan kemampuan untuk mengelola beban utang publik secara prudent. Outlook stabil juga menggambarkan keyakinan S&P akan keberlanjutan disiplin fiskal.
S&P memproyeksi defisit fiskal Indonesia akan tetap berada di bawah 3% dari PDB selama tiga tahun ke depan. Meskipun terdapat tantangan global yang belum mereda, kebijakan fiskal Indonesia dinilai tetap terukur dan konsisten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
S&P memprediksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia akan tetap tinggi, sekitar 5% per tahun dalam beberapa tahun ke depan. Permintaan domestik diyakini akan terus menjadi pendorong utama momentum pertumbuhan. Seiring dengan itu, pendapatan per kapita Indonesia juga diperkirakan meningkat, mencapai US$ 5.000 pada tahun ini.
"Inovasi pembiayaan pembangunan seperti pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) Danantara, yang juga dicatat oleh S&P, diharapkan dapat mengakselerasi pembiayaan proyek strategis nasional sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, program pemerintah seperti penyediaan makan bergizi gratis dan pembangunan tiga juta rumah diyakini akan memperkuat daya beli masyarakat, meningkatkan kualitas hidup, dan menjaga momentum pertumbuhan domestik," kata Deni dalam keterangannya, Rabu (30/7/2025).
Lebih lanjut, stabilisasi atas faktor - faktor eksternal yang mempengaruhi PDB Indonesia juga dinilai akan tetap terjaga, didukung oleh kebijakan hilirisasi industri berbasis komoditas yang secara konsisten didorong oleh pemerintah. Investasi pada sektor hilir, seperti pembangunan smelter nikel baru dan pabrik baterai kendaraan listrik yang akan segera beroperasi, diyakini akan mendukung kinerja eksternal di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
S&P mencatat adanya potensi peningkatan peringkat kredit Indonesia di masa mendatang apabila pemerintah melakukan upaya penguatan stabilitas faktor eksternal tersebut. Deni menyebut ke depan, pemerintah bersama Bank Indonesia akan terus waspada terhadap dinamika dan risiko eksternal, seperti yang telah berhasil dilalui pada tahun-tahun sebelumnya.
"Prioritas akan tetap difokuskan pada pengendalian inflasi, menjaga daya beli masyarakat, serta mempertahankan momentum pemulihan ekonomi nasional yang solid," jelas dia.
Simak juga Video Prabowo: Banyak Orang Bilang Utang RI Besar, Malaysia Jauh di Atas Kita