Belanja bahan pokok dengan budget Rp 100.000 saat ini tak lagi cukup untuk sehari. Hal ini disebabkan dengan kenaikan harga barang pokok yang terus terjadi.
Maslah (51) misalnya, saat ditemui detikcom di Pasar Bukit, Pamulang, Tangerang Selatan bercerita bahwa uang Rp 100.000 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya dalam sehari.
Anggota keluarganya berjumlah empat orang termasuk dirinya. Ia memiliki dua anak laki-laki yang telah tumbuh dewasa. Maslah mengatakan porsi makan anak laki-lakinya saja cukup banyak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya, untuk berbelanja beras dalam satu hari biasanya menghabiskan 2 liter dengan harga Rp 30.000, jika satu liternya seharga Rp 15.000/liter. Ia menyebut, untuk beras saja sudah hampir Rp 50.000.
"Misalnya Rp 100.000 sehari, itu paling dapat beras 2 liter, Rp 30.000, ayam karena anak sukanya ayam, jadi belinya pun utuh Rp 45.000, belum bumbu-bumbunya. Jadi ya bisa lebih Rp 100.000, saya masak biasanya sehari dua kali," kata dia kepada detikcom, Rabu (30/7/2025).
Selain itu, harga bahan pokok juga kerap kali meningkat. Ia menyebut, jika harga ayam atau telur naik kan pengeluaran juga naik, karena anak-anaknya yang sangat suka olahan dari ayam dan telur.
"Harga bahan pokok kan juga suka naik ya, ya ayam, kan saya harus ada ayam karena anak-anak saya suka ayam. Belum lagi telur, dan bumbu lainnya yang harganya juga sudah naik," terangnya.
Menurutnya dengan jumlah anggota keluarganya dan porsi makan yang banyak, uang Rp 100.000 tidak cukup untuk sehari, apa lagi untuk satu minggu. Jadi, menurutnya satu minggu bisa mencapai Rp 800.000 sampai Rp 1 juta, belum termasuk jika beli makanan di luar.
"Kalau beli (makanan) matang aja kan di luar nasi atau beras, itu kan sudah Rp 40.000 sampai Rp 60.000, tapi dapat memang macam-macam ya lauknya," terangnya.
Kemudian, ibu rumah tangga lainnya bernama Lia (29) mengatakan jika Rp 100.000 bisa cukup hanya untuk satu hari makan saja. Namun, dia menekankan bahwa uang itu cukup jika beberapa bahan utama sudah tersedia di rumahnya, seperti beras, minyak goreng, hingga bumbu dapur.
"Satu hari kan menunya 3 menu, jadi misalnya sayur, ayam sama goreng tempe dan tahu, dan itu tuh bisa menghabiskan Rp 200.000 sampai Rp 300.000 mungkin 3-5 hari tapi lagi dengan catatan sudah ada bumbunya, beras, minyak," ucapnya.
"Kalau Rp 100.000 itu bisa aja buat makan 2 hari tetapi nggak beli bawang-bawangan, itu mungkin bisa aja, tapi kalau harus beli bumbu atau bawang-bawang cabai cabaian itu belanja sehari aja Rp 100.000 atau lebih," tambahanya.
Lia menyebut, pengeluaran juga akan meningkat jika ada bahan makanan yang meningkat. Ia mengatakan, misalnya harga cabai rawit yang sering kali naik gila-gilaan. Karena keluarganya suka pedas, cabai tetap harus dibeli, jadi pengeluarannya saja jadi membengkak.
"Kalau cabai gitu kan suka naiknya signifikan ya, karena suami saya suka pedas kan tetap dibeli, jadi ya yang dikeluarkan (biaya) naik. Kalau belinya misalnya Rp 5.000 saat harga naik kan paling cuma dapat beberapa biji cabai aja," jelasnya.
Bukti Nyata Inflasi Pangan
Ilustrasi/Foto: Ari Saputra
|
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indonesia pada April 2025 sebesar 1,17% secara bulanan (month-to-month). Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk normalisasi tarif listrik, penurunan produksi cabai dan bawang merah, serta kenaikan harga emas dunia.
Kemudian, pada Mei 2025 Indonesia mengalami deflasi dengan persentase yang dicatatkan BPS sebesar 0,37% secara bulanan pada Mei 2025. Deflasi ini disebabkan oleh penurunan komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah.
Lalu, pada Juni 2025 juga terjadi inflasi sebesar 0,19% secara bulanan, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 108,07 pada Mei 2025 menjadi 108,27 pada Juni 2025. Komoditas yang dominan mendorong inflasi adalah beras dengan andil 0,04%.
Komoditas lainnya yang juga memberikan andil inflasi adalah tarif angkutan udara dengan andil inflasi sebesar 0,04%, cabai rawit dengan andil inflasi sebesar 0,03%, bawang merah, tomat, dan emas perhiasan dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,02%.
Tonton juga video "Inflasi Global 2025 Lebih Tinggi Dibanding 2024, Indonesia Aman?" di sini: