Popularitas Rotan Alami Merosot
Kamis, 12 Jul 2007 10:36 WIB
Jakarta - Merosotnya penggunaan rotan alami dalam negeri membuat pengusaha mebel khawatir. Akibatnya, rotan alami justru marak diselundupkan ke Cina dan Malaysia. Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) menilai masyarakat kini justru berlaih ke produk dari rotan buatan atau plastik. Padahal, rotan buatan itu selain lebih mahal, tidak ramah lingkungan, juga menyerap energi tinggi dalam pembuatannya. "Makanya, kita ingin para buyer kembali memakai rotan alami, terutama dari Indonesia. Khusunya dalam produk mebel dan kerajinan," kata Direktur EKsekutif Asmindo SAE Tanangga Karim.Hal itu disampaikannya dalam acara Launching 'Pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia' di Borobudur, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (12/7/2007). Hadir dalam kesempatan tersebut Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Wakil Ketua Uum Kadin bidang Industri Rahmat Gobel. Indonesia merupakan negara penghasil bahan baku rotan terbesar di dunia. Dengan potensi produksi 250 ribu-400 ribu ton per tahun, Indonesia mensuplai 85 persen kebutuhan rotan dunia. Tak hanya di Indonesia, popularitas rotan juga merosot di Jerman, Jepang, Belanda, Italia, dan Spanyol. Jika Indonesia tak segera bangkit mempopulerkan rotan, dikhawatirkan Cina Cina yang merupakan negara importir rotan terbesar akan memanfaatkan penyelundupan rotan. Bisa-bisa mereka yang bukan produsen rotan alam, akan membuat mebel dengan dengan harga yang lebih kompetitif. Untuk mendongkrak popularitas rotan alami, Asmindo akan menggelar International Furniture and Craft Fair Indonesia pada 5-9 Maret 2008 di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran Jakarta. Kali ini pameran akan dikhusukan bagi mebel dan kerajinan berbahan rotan. Asmindo sendiri memasang target pertumbuhan nilai ekspor mebel dan kerajinan naik 8-10 persen. Padahal Wapres mematok angka 20 persen, dan Mendag mematok angka 14,5 persen. "Memang angkanya di bawah target Wapres dan Mendag. Tapi kondisi sekarang membuat industri tak pasang target muluk-muluk," kata Ketua Umum Asmindo Ambar Cahyono.
(lih/qom)