Nasib Kelas Menengah: Bekal dari Rumah, Gaji Numpang Lewat, Tabungan Seret

Nasib Kelas Menengah: Bekal dari Rumah, Gaji Numpang Lewat, Tabungan Seret

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Sabtu, 02 Agu 2025 06:57 WIB
Kelas Menengah 2024: Antara Cicilan Netflix dan Cicilan Rumah
Ilustrasi kelas menengah.Foto: detik
Jakarta -

Daya beli kelas menengah kian tertekan. Mulai dari besaran gaji yang segitu-gitu saja, hingga tingginya pengeluaran imbas kenaikan harga. Tak heran jika semakin banyak orang berhemat dalam mengatur pengeluaran, bahkan untuk urusan makan.

Ekonom senior INDEF, Tauhid Ahmad, melihat salah satu bentuk penghematan yang paling nyata adalah tidak makan di luar. Kini, semakin banyak orang mengurangi pengeluaran makan dengan cara membawa bekal dari rumah.

Fenomena membawa bekal ini, kata Tauhid, tidak hanya terjadi di kalangan pekerja, tapi juga mahasiswa. Sebab, ia menyaksikannya langsung dari keseharian para mahasiswanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya punya mahasiswa yang cerita, 'Pak, saya bawa makan sendiri atau beli di warung murah lalu dibawa, daripada mampir ke mal atau tempat makan mahal. Beda Rp 10.000-15.000, Pak'. Itu sudah bentuk penghematan nyata," tuturnya kepada detikcom.

Bahkan, tidak hanya berhemat dengan membawa bekal, sebagian orang juga mulai mengurangi kebiasaan berbelanja secara kredit. Ini mencerminkan ketidakpercayaan diri masyarakat untuk membayar cicilan belanja mereka.

ADVERTISEMENT

"Tren orang untuk menggunakan kredit turun. Laju kredit perbankan kemarin kan sudah 7%, 8% paling tinggi. Kalau normal itu sudah 12-13% laju kreditnya. Jadi orang untuk rate konsumsi juga turun. Orang nggak berani untuk pinjam, untuk beli apapun," ucapnya.

Tauhid menjelaskan, penurunan daya beli yang memaksa masyarakat, khususnya kelas menengah, untuk berhemat, disebabkan oleh upah atau gaji yang relatif kecil. Padahal, harga barang dan jasa terus naik.

"Dulu misalnya gaji Rp 3 juta per bulan itu cukup. Naik dia gajinya jadi Rp 3,5 juta per bulan, ternyata kemudian harga misalnya sewa rumah dan sebagainya itu naikkan. Kan jadi nggak cukup. Artinya besaran upah juga menentukan," sambung Tauhid.

Ia memaparkan bahwa tingginya pengeluaran yang melampaui gaji tidak hanya terbatas pada bahan pokok saja, tapi juga kebutuhan dasar lain seperti biaya kesehatan, pendidikan, dan tempat tinggal.

"Biasanya setelah makanan, baru perumahan, baru pendidikan, kesehatan. Sekarang kan orang nggak terjangkau lagi dengan KPR, ya. Harga rumahnya semakin mahal sekali apalagi di perkotaan. Biaya pendidikan, kesehatan, sekarang mahalnya minta ampun. Nah itu nggak terkontrol," jelasnya.

Lebih lanjut, Tauhid penurunan daya beli ini juga terlihat dari pelemahan laju simpanan masyarakat. Khususnya untuk simpanan di bawah Rp 100 juta milik masyarakat kelas menengah. Sebab, meski sebagian orang sudah mulai irit pengeluaran sampai membawa bekal, sisa dana yang dapat ditabung malah semakin kecil.

"Laju simpanan, terutama simpanan yang di bawah Rp 100 juta, ini kan kelas menengah banget, itu semakin kecil, semakin rendah. Nah itu menunjukkan memang daya beli mereka tertekan," jelas Tauhid.

Penurunan jumlah tabungan di bawah Rp 100 juta atau milik kelas menengah ini juga terlihat dari data milik Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Di mana jumlah nominal simpanan di bawah 100 juta terkontraksi sebesar 0,9% per Mei 2025.

Padahal secara keseluruhan, pada periode tersebut total nominal simpanan Bank Umum (BU) mencapai Rp 109 triliun. Angka ini tercatat meningkat terbatas sebesar 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya (MoM).

Usut punya usut, ternyata kenaikan jumlah tabungan masyarakat Indonesia saat ini masih didominasi oleh mereka orang-orang kaya alias kalangan atas. Sebab nominal simpanan hingga di bawah Rp 5 miliar naik cukup tinggi mencapai 1%.

"Berdasarkan tiering simpanan, nominal simpanan terbesar berada pada simpanan di bawah Rp 5 miliar dengan porsi 54,5% dari total simpanan. Kenaikan tertinggi dicatat kelompok tersebut yang tumbuh 1% MoM," jelas LPS dalam Ringkasan Eksekutif Distribusi Simpanan Bank Umum Mei 2025.

(igo/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads