Daftar Barang di AS yang Harganya Bakal Naik Tinggi Akibat Ulah Trump

Daftar Barang di AS yang Harganya Bakal Naik Tinggi Akibat Ulah Trump

Ilyas Fadilah - detikFinance
Sabtu, 02 Agu 2025 18:53 WIB
U.S. President Donald Trump speaks to the press as he arrives at the White House in Washington, D.C., U.S., July 13, 2025. (Reuters)
Presiden AS Donald Trump.Foto: dok. Reuters
Jakarta -

Harga sejumlah barang di Amerika Serikat (AS) bakal naik imbas kebijakan tarif balasan Presiden Donald Trump. Namun Mengutip CNN, Sabtu (2/8/2025), kondisi perekonomian AS seolah berkata lain, tercermin dari inflasi yang sebelumnya relatif stabil mulai merangkak naik akibat tarif tersebut.

Kenaikan tarif yang akan berlaku minggu depan langsung membuat barang impor dari negara-negara terdampak menjadi lebih mahal di pasar AS.

Meski banyak pelaku usaha berusaha menanggung sebagian beban biaya ini, pada akhirnya mereka kemungkinan besar terpaksa membebankannya kepada konsumen.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya, harga barang untuk masyarakat Amerika akan naik. Berikut sederet barang yang bakal naik imbas tarif Trump:

Komputer dan produk elektronik lainnya

Departemen Perdagangan AS mencatat bahwa komputer merupakan salah satu barang impor utama AS tahun lalu. Negara pemasok terbesar adalah China, Meksiko, Taiwan, Vietnam, dan Malaysia.

ADVERTISEMENT

Barang dari China sudah dikenakan tarif minimal 30%, meski ada beberapa pengecualian, dan bisa naik lebih tinggi jika tidak ada kesepakatan dagang dengan Beijing sebelum 12 Agustus.

Sementara itu, produk dari Meksiko masih bebas bea jika memenuhi ketentuan perjanjian dagang yang diteken Trump di masa jabatan pertamanya. Produk dari Taiwan, Vietnam, dan Malaysia justru akan dikenai tarif hampir dua kali lipat dari tarif saat ini mulai minggu depan.

Meski secara umum kenaikan harga masih moderat, harga komputer pada Juni tahun ini tercatat hampir 5% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. India memang bukan pemasok lima besar, tapi tetap menjadi pemain penting untuk produk komputer dan elektronik di AS, yang akan dikenai tarif minimal 25%.

Menurut perkiraan ekonom di Yale Budget Lab, tarif yang diumumkan Trump, jika berlaku tanpa batas waktu, bisa mendorong harga komputer dan elektronik naik 18,2% dalam jangka pendek dan 7,7% dalam jangka panjang.

Pakaian

Seperti elektronik, sebagian besar pakaian yang dijual di AS berasal dari luar negeri. Pemasok utamanya adalah China, Vietnam, Bangladesh, India, dan Indonesia.

Tarif baru yang dikenakan Trump pada negara-negara ini punya dampak besar pada harga pakaian, apalagi ini termasuk salah satu kategori impor terbesar AS. Yale Budget Lab memperkirakan harga pakaian bisa melonjak 37,5% dalam jangka pendek dan 17,4% dalam jangka panjang.

Jam tangan

Jam tangan menjadi salah satu ekspor utama Swiss ke AS, dan akan dikenai tarif resiprokal sebesar 39%. Tahun lalu, Swiss mengirim jam tangan senilai lebih dari US$ 4 miliar ke pasar ASa. Harga produk kulit, termasuk jam tangan, diperkirakan naik 39,7% dalam jangka pendek dan 18,9% dalam jangka panjang.

Sepatu

China, Vietnam, dan Indonesia adalah produsen sepatu utama untuk pasar AS, dan ketiganya akan dikenai tarif minimal 19% mulai minggu depan. Sama seperti jam tangan, banyak sepatu menggunakan bahan kulit, sehingga berpotensi mengalami kenaikan harga serupa.

Minuman beralkohol

Minuman anggur dan spirit impor mencakup 35% pendapatan pasar alkohol AS, menurut Wine and Spirits Wholesalers of America. Tarif untuk produk dari Uni Eropa-pemasok utama minuman beralkohol seperti wine, wiski, dan vodka-akan naik dari 10% menjadi 15%.

Furnitur

Vietnam menjadi pemasok utama furnitur impor AS, disusul China.

Mainan

China dan Vietnam adalah pemasok terbesar mainan ke AS. Produsen mainan sudah mengingatkan adanya potensi kenaikan harga akibat tarif barang China, dan kenaikan tarif untuk produk Vietnam juga akan menambah tekanan harga.

Kapan kenaikan harga akibat tarif akan terasa?

Sejauh ini, banyak perusahaan belum sepenuhnya membebankan tarif kepada konsumen. Bahkan, demi mengantisipasi pajak impor yang lebih tinggi, sebagian sudah menimbun stok barang selama beberapa bulan terakhir.

Hal ini pula yang membuat ekonom Goldman Sachs memperkirakan dibutuhkan sekitar delapan bulan hingga dampak kenaikan biaya impor benar-benar tercermin penuh pada harga barang konsumsi di tingkat konsumen.

(ily/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads