Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,97%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu 4,93%. Komponen ini memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12% pada kuartal II-2025.
Naiknya konsumsi rumah tangga ini terjadi saat fenomena Roh Halus muncul yakni rombongan hanya ngelus, tapi belinya lewat online.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Moh Edy Mahmud mengatakan komponen konsumsi rumah tangga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi terbesar dari sisi pengeluaran. Hal ini didorong oleh peningkatan belanja kebutuhan rumah tangga dan mobilitas masyarakat seiring adanya hari besar keagamaan, libur nasional dan cuti bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Faktor yang mendorong konsumsi rumah tangga utamanya adalah meningkatnya kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga. Kita tahu mobilitas penduduk cukup tinggi di triwulan II, kemudian meningkatnya kebutuhan primer untuk beberapa kegiatan karena memang ada momentum hari libur, hari besar keagamaan dan sebagainya," kata Edy dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Hal itu sejalan dengan jumlah perjalanan wisatawan nasional yang tumbuh 22,32% (yoy), serta peningkatan jumlah penumpang di beberapa moda transportasi seperti di angkutan rel dan angkutan laut yang masing-masing tumbuh 9,17% dan 16,79% yoy. Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi juga ikut meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur.
"Jadi mobilitas penduduk di triwulan II ini betul-betul sangat meningkat," imbuhnya.
Lantas apakah hal ini membuktikan daya beli sudah pulih, Edy tidak bisa menyimpulkannya. Ia hanya bilang ada pertumbuhan belanja masyarakat secara online sebesar 7,55% pada kuartal II-2025 dibandingkan kuartal I-2025.
"Apakah daya beli sudah pulih, kita hanya menyampaikan data memang konsumsinya demikian. Jadi ada hal baru yang mungkin belum pernah diungkap yaitu fenomena adanya shifting dari belanja secara offline ke online yang barangkali belum pernah diungkap. Jadi kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline, tapi secara online barangkali cukup sulit untuk bisa dilihat," imbuhnya.
Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran paling tinggi pertumbuhannya terjadi pada komponen ekspor dan impor yakni 10,67% dan 11,65%. Pertumbuhan ekspor didorong oleh kenaikan nilai ekspor non migas dan kunjungan wisatawan mancanegara, sedangkan pertumbuhan impor didorong oleh kenaikan impor barang modal serta bahan baku dan penolong.
Selain itu, konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 7,82% dan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang menjadi komponen dengan kontribusi terbesar kedua PDB tumbuh 6,99%. Hanya konsumsi pemerintah yang mengalami kontraksi 0,33%.
"Untuk konsumsi pemerintah memang kalau kita lihat di tahun lalu, belanja pemerintah di 2024 itu masih ada terkait dengan biaya Pemilu dan persiapan Pilkada yang cukup besar. Jadi kalau kita me-recall memori kita di tahun lalu pada triwulan II, memang ada realisasi belanja pemerintah yang cukup tinggi, itulah yang kemudian di Q2 ini belanja pemerintah terutama belanja barang dan jasanya memang masih negatif," jelas Edy.
Untuk diketahui, usai Rojali atau rombongan jarang beli dan Rohana atau rombongan hanya nanya di pusat perbelanjaan, kini ada fenomena Roh Halus alias rombongan hanya ngelus, tapi belinya lewat online. Fenomena Roh Halus ini menyoroti sekelompok orang yang datang ke mal cuma untuk memastikan kualitas dan ukuran suatu produk, biasanya pakaian atau produk fesyen lainnya. Namun mereka tidak beli produk di toko tersebut, melainkan 'kabur' ke toko online yang biasanya jauh lebih murah.
Menurut Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah, salah satu penyebab banyak masyarakat tidak atau kurang berbelanja di mal karena sudah membeli produk-produk yang dibutuhkan mulai dari peralatan rumah tangga sampai fesyen secara online.
"Untuk toko-toko peralatan rumah tangga, elektronik, toko baju-fesyen, sepatu itu terpukul sekali yang di mal, di department store terpukul sekali dengan online," katanya kepada detikcom, ditulis Kamis (31/7).
Lihat juga Video: Analisis Fenomena Rojali yang Kini Eksis