Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan pertumbuhan ekspor produk Indonesia pada kuartal II 2025 naik tinggi hingga 10,67% secara tahunan (Year-on-Year/YoY). Menurutnya pertumbuhan ini didorong oleh kebijakan tarif resiprokal Presiden Donald Trump.
Bendahara negara ini menjelaskan berkat kebijakan tarif Trump, banyak importir di Amerika Serikat yang sengaja memesan produk Indonesia lebih awal, sebelum resmi dikenakan tarif 19%.
"Ekspor juga tumbuh cukup tinggi yaitu 10,67%. Ini di tengah-tengah Presiden Trump mengumumkan tarif retaliasi atau liberation day tarif. Nampaknya ini menggambarkan adanya front loading ekspor ke Amerika Serikat," kata Sri Mulyani dalam
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi mumpung baru diumumkan, belum diberlakukan, karena diberlakukannya baru Agustus tanggal 7 ini. Jadi banyak pesanan ekspor sebelum kenaikan tarif itu dilakukan, bahkan sesudah terjadi pengumuman tersebut," jelasnya lagi.
Meski begitu Sri Mulyani mengatakan pemerintah akan tetap memantau dampak penetapan tarif 19% untuk produk-produk asal Indonesia mulai 7 Agustus mendatang.
Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan ekspor Tanah Air dapat tetap terjaga pada Semester II 2025 di tengah ketidakpastian kondisi pasar global.
"Kita nanti harus melihat secara hati-hati dampak keputusan dari Presiden Trump menetapkan 19%, yang lebih rendah dari yang diumumkan awal. Kita harapkan momentum akan terjaga di kuartal III dan IV," paparnya.
Di luar itu, Sri Mulyani juga mencatat pertumbuhan impor produk Indonesia yang mencapai 12,17% terutama untuk bahan baku dan barang modal. Menurutnya impor produk ini dapat membantu meningkatkan sektor industri manufaktur Tanah Air yang saat ini masih dalam tekanan.
"Import juga tumbuh tinggi di 12,17% terutama untuk bahan baku dan barang modal. Ini memberikan optimisme bahwa import ini kemudian akan mendukung pertumbuhan terutama di sektor manufaktur pada kuartal selanjutnya," ucap Sri Mulyani.
Simak juga Video 'Trump Ancam Naikkan Tarif Impor untuk India gegara Beli Minyak Rusia':
(igo/hns)