Konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 tumbuh 4,97%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu 4,93%. Komponen ini memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai 5,12% pada kuartal II-2025.
Naiknya konsumsi rumah tangga ini terjadi saat fenomena 'Roh Halus' muncul yakni rombongan hanya elus-elus, tapi belinya tetap lewat toko online. Tercatat transaksi belanja masyarakat secara online tumbuh 7,55% pada kuartal II-2025 dibandingkan kuartal I-2025.
"Jadi, ada hal baru yang mungkin belum pernah diungkap yaitu fenomena adanya shifting dari belanja secara offline ke online yang barangkali belum pernah diungkap. Jadi, kita memang mudah melihat fenomena secara langsung atau secara offline, tapi secara online barangkali cukup sulit untuk bisa dilihat," terang Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Edy menyebut pertumbuhan konsumsi rumah tangga didorong oleh peningkatan belanja kebutuhan rumah tangga dan mobilitas masyarakat seiring adanya hari besar keagamaan, libur nasional dan cuti bersama.
"Faktor yang mendorong konsumsi rumah tangga utamanya adalah meningkatnya kebutuhan primer dan mobilitas rumah tangga. Kita tahu mobilitas penduduk cukup tinggi di triwulan II, kemudian meningkatnya kebutuhan primer untuk beberapa kegiatan karena memang ada momentum hari libur, hari besar keagamaan dan sebagainya," jelas Edy.
Hal itu sejalan dengan jumlah perjalanan wisatawan nasional yang tumbuh 22,32% (yoy), serta peningkatan jumlah penumpang di beberapa moda transportasi seperti di angkutan rel dan angkutan laut yang masing-masing tumbuh 9,17% dan 16,79% yoy.
Kebutuhan bahan makanan dan makanan jadi juga ikut meningkat karena aktivitas pariwisata selama periode libur. "Jadi mobilitas penduduk di triwulan II ini betul-betul sangat meningkat," tutur Edi.
Fenomena 'Roh Halus'
Ilustrasi/Foto: Andhika Prasetia/detikcom
|
Maksudnya, sekelompok orang yang datang ke mal cuma untuk memastikan kualitas atau ukuran suatu produk, namun belinya di toko online yang biasanya jauh lebih murah.
Menurut Ketua Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah, salah satu penyebab banyak masyarakat tidak atau kurang berbelanja di mal karena sudah membeli produk-produk yang dibutuhkan mulai dari peralatan rumah tangga sampai fesyen secara online.
"Untuk toko-toko peralatan rumah tangga, elektronik, toko baju-fesyen, sepatu itu terpukul sekali yang di mal, di department store terpukul sekali dengan online," katanya kepada detikcom, ditulis Kamis (31/7).