Tari impor yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke lebih dari 90 negara mulai berlaku. Menurut Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research, Pranjul Bhandari, Indonesia bisa mengambil peluang di tengah situasi tersebut.
Pranjul menilai tarif tersebut memang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Indonesia, meskipun persentasenya hanya 0,3%. Namun, dampak itu akan dirasakan dalam kurun waktu singkat apabila Indonesia dapat memanfaatkan peluang.
Pranjul menjelaskan saat ini rantai pasok global tengah disusun ulang, terutama sektor manufaktur, barang-barang konsumen, furniture hingga tekstil. Produsen-produsen multinasional banyak mencari tujuan baru sebagai tempat memproduksi dan menjual barang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perusahaan multinasional mencari tujuan baru di mana mereka dapat berproduksi dan menjual. Dan menurut saya adalah, setelah badai tarif mereda, Indonesia sebenarnya dapat diuntungkan," kata Pranjul dalam acara Media Briefing yang disiarkan secara daring, Jumat (8/8/2025).
Baca juga: Kena Tarif 50%, Dua Negara Ini Tak Gentar! |
Pranjul menerangkan, saat ini ekspor Indonesia ke China hampir 100% berupa komoditas. Sedangkan, jika menilik ekspor Indonesia ke beberapa negara maju, seperti di Uni Eropa dan AS, lebih banyak ekspor produk konsumsi, seperti tekstil, furnitur, hingga alas kaki.
Namun, persentase ekspor produk tersebut masih kecil. Misalnya, kontribusi ekspor pakaian jadi Indonesia hanya 25%. Angka ini masih kalah dibandingkan dengan ekspor pakaian jadi Vietnam.
"Dunia di mana produsen akan mencari tujuan baru, Indonesia dapat mengangkat tangannya dan berkata, 'Lihat, kita sudah memproduksi barang-barang ini'. Kita dapat meningkatkannya dan melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan investasi dan pertumbuhan perusahaan," jelas Pranjul.
Namun, hal tersebut dapat direalisasikan jika pemerintah Indonesia melakukan peningkatan dalam beberapa hal, seperti infrastruktur, perjanjian perdagangan, pengembangan sumber daya manusia, dan mempermudah perizinan.
"Jika Indonesia dapat melakukan semua ini dengan benar, saya pikir dalam jangka waktu dua hingga tiga tahun, ini bisa menjadi peluang bagi arus masuk FDI (Foreign Direct Investment) dan pertumbuhan," terang dia.
Saksikan Live DetikSore: