Warning buat RI! Pengusaha Masih Ogah Investasi, Cuma Nabung

Warning buat RI! Pengusaha Masih Ogah Investasi, Cuma Nabung

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 08 Agu 2025 15:15 WIB
Lanskap gedung pencakar langit di Jakarta, Rabu (6/8/2025). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025 tembus 5,12%. Angka ini Lebih tinggi dibandingkan triwulan I yang sebesar 4,87%.
Foto: Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

HSBC Global Research menilai masih banyak korporasi yang enggan investasi di Indonesia. Menurut Chief Indonesia and India Economist HSBC Global Research Pranjul Bhandari, investasi yang jumbo dari korporasi dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

Pranjul menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 masih berada di jalur positif. Namun, masih perlu dorongan besar dari investasi korporasi untuk mengerek laju pertumbuhan ekonomi ke depan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia belum cukup untuk menutupi kesenjangan output (output gap).

"Bagaimana kita bisa mencapai pertumbuhan PDB yang lebih tinggi dalam beberapa kuartal mendatang atau mungkin beberapa tahun mendatang? Dan menurut saya, yang benar-benar dibutuhkan adalah peningkatan investasi korporasi," kata Pranjul dalam Media Briefing yang disiarkan secara daring, Jumat (8/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pranjul menerangkan investasi korporasi dapat mempunyai multiplier efek. Di antaranya, memperluas kapasitas produksi, menciptakan lapangan kerja, hingga mengerek upah yang tinggi.

ADVERTISEMENT

Namun, Pranjul menilai investasi korporasi yang masuk di Indonesia masih rendah. Menurut dia, korporasi saat ini cenderung menabung daripada melakukan investasi.

"Dan ketika kita melihat investasi korporasi, kita menemukan bahwa investasinya tidak terlalu tinggi. Perusahaan-perusahaan (lebih memilih) menabung. Jadi ada banyak tabungan di luar sana, tetapi mereka tidak berinvestasi. Apa yang akan membuat korporasi berinvestasi? Itulah pertanyaan besar yang dihadapi Indonesia," jelas dia.

Pranjul menjelaskan situasi ini tidak hanya dihadapi Indonesia saja, tapi juga hampir semua negara di luar sana. Menurut dia, Indonesia dapat memanfaatkan peluang di tengah ketegangan perdagangan akibat tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

"Saya rasa ada peluang dalam jangka menengah, dan itu datang dari sisi perdagangan," imbuh Pranjul.

Saksikan Live DetikSore:

Simak juga Video 'Akankah MSCI Jadi Sentimen Positif?':
(rea/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads