Kok Bisa Ekonomi Tumbuh 5,12% Saat Banyak PHK? Ini Penjelasan Ekonom

Kok Bisa Ekonomi Tumbuh 5,12% Saat Banyak PHK? Ini Penjelasan Ekonom

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 12 Agu 2025 13:32 WIB
Ilustrasi pria di-PHK
Ilustrasi/Foto: iStock
Jakarta -

Ekonomi Indonesia tumbuh 5,12% pada kuartal II-2025 di tengah maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Berdasarkan data Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), jumlah PHK mencapai 939.038 dari periode Agustus 2024 hingga Februari 2025.

Policy and Program Director Prasasti Center for Policy Studies, Piter Abdullah mengatakan korban PHK tidak sepenuhnya langsung menganggur, namun banyak yang beralih menjadi pengemudi ojek online (ojol). Menurut Piter, ekonomi digital menjadi bantalan di tengah gelombang PHK.

"Yang pertama PHK itu bukan berarti kemudian yang PHK, tidur siang. Dia tetap bekerja, yang PHK itu tetap pulang dan bekerja dan di sinilah peran dari ekonomi digital sebenarnya. Kita harus bersyukur karena termasuk misalnya, baik itu Gojek, Grab, Maxim, Indrive, itu kan sebenarnya adalah bantalan untuk ketika mereka mendapatkan PHK," kata Piter dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Selasa (12/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Piter melanjutkan, sektor ekonomi digital membantu korban PHK tetap mendapatkan penghasilan. Hal ini pulalah yang membuat tingkat konsumsi di masyarakat tetap terjaga.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga pada kuartal II-2025 tumbuh 4,97%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu 4,93%. Komponen ini memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025.

"Artinya itu tetap membantu mereka mendapatkan penghasilan dan tetap untuk konsumsi. Dan inilah yang kemudian kalau kita lihat di data BPS, walaupun di tengah PHK yang tinggi, walaupun dengan angka-angka indikator yang menunjukkan pelemahan, ternyata pertumbuhan konsumsi kita yang dikatakan BPS itu tidak turun," imbuh dia.

Piter juga menyoroti pertumbuhan PMI manufaktur Indonesia yang menurun di tengah pertumbuhan ekonomi 5,12%. Berdasarkan data Purchasing Manager Index (PMI) yang dirilis S&P Global, PMI manufaktur Indonesia berada di level 49,2 pada Juli 2025, 46,9 di Juni, serta 47,4 di Mei.

Menurut Piter, PMI hanya sebuah survei bukanlah menjadi indikator masuknya investasi. Ia menilai angka PMI manufaktur Indonesia masih relatif tinggi.

"Indikator PMI, banyak yang dikaitkan dengan rilis bps ya, PMI nya turun kok malah pertumbuhan ekonominya tinggi. Jadi yang pertama itu PMI itu survei. Jadi PMI ini sebetulnya tentang pembelian, pembelian terkait dengan barang. Pembelian itu yang ditanya di dalam survei itu adalah pembelian ke depan, bukan yang lalu," jelasnya.

Lihat juga Video: BPS Dilaporkan ke PBB soal Data Pertumbuhan Ekonomi 5,12%

(rea/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads