Indonesia membutuhkan investasi hingga Rp 13.000 triliun untuk mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8%. Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengungkap, salah satu sektor prioritas yang diyakini dapat mendorong peningkatan investasi ke angka tersebut adalah sektor energi melalui hilirisasi.
"Jadi berdasarkan data Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) target itu (ekonomi 8%) bisa tercapai hanya dengan kita mendatangkan investasi baru sekitar Rp 13.000 triliun, yang mana kurang lebih sama dengan US$ 814 miliar," kata Direktur Strategi dan Tata Kelola Hilirisasi Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Ahmad Faisal Suralaga dalam PYC International Energy Conference 2025 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta Pusat, Sabtu (23/8/2025).
Untuk mencapai target ini, Indonesia telah menetapkan sektor-sektor prioritas, salah satunya melalui hilirisasi. Saat ini realisasi investasi pada semester I-2025 mencapai Rp 942 triliun rupiah atau mewakili 49,5% dari target tahunan Rp 1.900 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari realisasi itu, industri hilir menjadi penyumbang besar mencapai Rp 280 triliun atau hampir 30% dari total investasi Indonesia. Menurutnya, jika industri itu didorong untuk melakukan hilirisasi, maka nilai tambah yang akan didapatkan Indonesia akan lebih tinggi.
"Jadi, angka-angka ini menunjukkan bahwa industri hilir telah menjadi salah satu sektor prioritas dan menjanjikan dalam kebijakan investasi masa depan di Indonesia, ini karena pentingnya hilirisasi," terangnya.
Dalam Asta Cita, Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan hilirisasi menjadi prioritas nasional dalam rangka swasembada energi. Indonesia memiliki total 28 komoditas yang dapat dihilirisasi, batubara, minyak dan gas, perkebunan, kehutanan, perikanan dan sumber daya energi lainnya.
"Kami juga memiliki tembaga dengan perak. Tidak hanya mineral, kami juga kuat dalam CO2, minyak sawit Indonesia nomor satu," ungkapnya.
Melalui hilirisasi, investasi Indonesia akan meningkat, ekspor juga memberikan nilai tambah yang tajam. Selain itu, melalui hilirisasi, lapangan kerja yang akan tercipta meningkat hingga 3 juta.
"Berdasarkan peta jalan, dampak ekonomi (dari hilirisasi) menciptakan investasi sekitar US$ 618 miliar dan itu akan meningkatkan PDB kami sekitar US$ 200 miliar. Ini akan meningkatkan ekspor sekitar US$ 857 miliar dan yang terpenting menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 3 juta pekerja," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu juga pernah mengatakan, Indonesia membutuhkan realisasi investasi Rp 13.528 triliun dalam lima tahun ke depan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%.
Todotua menekankan target investasi ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan kerja bagi 3,74 juta orang. Hal ini menjadi fokus utama Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
"Ada tiga fundamental utama berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi 8%, yang pertama adalah bagaimana kita bisa menggenjot investasi dan khususnya juga dalam konteks hilirisasi, yang kedua adalah kita berbicara terhadap konsep pelaksanaan digitalisasi, tentunya ini adalah konsep bagaimana mempermudah ekonomi dan realisasi investasi, dan yang ketiga satu hal yang tidak kalah penting adalah kita juga berbicara mengenai green economy fund," jelas Todotua, dalam keterangannya, dikutip Jumat (22/11/2024).
(ada/ara)