Asosiasi e-Commerce Angkat Bicara soal Kabar Tokopedia Mau PHK Karyawan

Asosiasi e-Commerce Angkat Bicara soal Kabar Tokopedia Mau PHK Karyawan

Ilyas Fadilah - detikFinance
Minggu, 24 Agu 2025 11:58 WIB
Logo Tokopedia
Foto: Dok. Tokopedia
Jakarta -

Platform e-commerce Tokopedia dikabarkan tengah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kabar ini beredar luas di media sosial yang menyebutkan sejumlah karyawan sudah dipanggil pihak Human Resources (HR).

Dalam salah satu unggahan yang dilihat detikcom, Minggu (24/9/2025), karyawan ditawarkan pesangon di atas standar sebagai kompensasi atas PHK. Situasi tersebut langsung mempengaruhi kondisi internal perusahaan.

Moral karyawan disebut turun ke titik terendah karena beban kerja berat serta manajemen yang dinilai mengabaikan sejumlah masukan. Banyak karyawan memilih bertahan untuk menunggu giliran di-PHK dan mendapatkan pesangon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi lain, induk usaha Tokopedia, ByteDance disebut sudah menyiapkan sejumlah strategi. Sebagian besar fungsi korporasi dan operasional Tokopedia akan dipindahkan ke kantor TikTok di Singapura dan China.

Dengan kebijakan tersebut, jumlah pekerja Tokopedia akan dipangkas drastis dan hanya menyisakan sekitar 600 orang yang akan dipertahankan sebagai tim inti atau skeleton crew.

ADVERTISEMENT

Sebagai informasi, sejak akhir 2023 unit e-commerce Tokopedia resmi digabung dengan TikTok Shop. ByteDance menjadi pemegang saham mayoritas Tokopedia, sementara GoTo hanya menjadi saham minoritas.

Hingga saat ini, manajemen Tokopedia belum memberikan tanggapan terkait kabar PHK tersebut. detikcom sudah berupaya mengkonfirmasi kabar ini ke Tokopedia namun belum mendapatkan jawaban.

Sementara itu,Sekretaris Jenderal Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Budi Primawan mengaku pihaknya belum menerima konfirmasi resmi terkait kabar PHK di Tokopedia.

"Sejak proses merger dengan TikTok Shop memang terjadi penyesuaian organisasi, dan belakangan beredar isu akan ada gelombang lanjutan. Namun hingga kini informasi jumlah karyawan yang terdampak belum bisa dipastikan," jelas Budi.

Terkait isu rencana pemindahan mayoritas operasional ke China atau Singapura, sejauh ini tidak ada bukti yang menguatkan. Menurutnya informasi tersebut lebih banyak bersifat rumor.

Sementara yang terlihat justru komitmen ByteDance untuk terus memperkuat investasi di Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Apalagi Indonesia merupakan pasar e-commerce terbesar bagi ByteDance setelah Amerika Serikat, sehingga keberadaan operasional di sini tetap strategis.

"Kami mendorong agar klarifikasi resmi ditunggu langsung dari perusahaan maupun Kementerian Ketenagakerjaan, agar tidak menimbulkan spekulasi di publik. Asosiasi akan terus memantau perkembangan ini demi menjaga ekosistem e-commerce yang sehat dan kondusif bagi pekerja maupun pelaku usaha," tutup Budi.

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads