100 Ribu Ton Beras Sisa Impor Turun Mutu, Kerugian Negara Ditaksir Rp 1,2 T

100 Ribu Ton Beras Sisa Impor Turun Mutu, Kerugian Negara Ditaksir Rp 1,2 T

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 26 Agu 2025 19:45 WIB
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) meminta operasi pasar beras murah di Banyuwangi tidak menggunakan 3.000 ton beras Vietnam sisa impor 2018. Mengingat, jutaan kilogram beras tersebut telah berusia 3 tahun. Sementara produksi panen padi di Banyuwangi tahun ini diprediksi meningkat 22,8 persen.
Ilustrasi beras impor.Foto: Ardian Fanani/detikcom
Jakarta -

Beras sisa impor di gudang sebanyak 100 ribu ton terancam terbuang (disposal) karena mengalami penurunan mutu, sehingga tidak layak dikonsumsi.

Menurut Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengungkapkan beras turun mutu itu tersimpan di gudang filial milik mitra Bulog yang dikerjasamakan untuk menyimpan sementara.

Potensi kerugian negara dari kondisi tersebut diperkirakan Rp 1,2 triliun. Kerugian ini terjadi karena beras tersebut merupakan bagian cadangan pangan pemerintah (CBP), dan anggarannya bersumber dari APBN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Itu berasnya sudah pada nggak karuan loh. Perhitungan saya disposal tahun ini bisa lebih dari 100 ribu ton. Jadi hati-hati nih pemerintah. Kalau 100 ribu ton saja, negara dirugikan Rp 1,2 triliun. Harus diingat itu," kata Dwi Andreas, dalam acara Diskusi Publik Paradoks Kebijakan Hulu-Hilir Perberasan Nasional di Ombudsman RI, Jakarta, Selasa (26/8/2025).

Dwi Andreas mengungkapkan beras turun mutu itu memang dari sisa impor tahun lalu. Menurut perkiraan Andres terdapat lebih dari 1 juta ton beras sisa impor yang belum didistribusikan ke pasaran.

ADVERTISEMENT

Karena terlalu lama disimpan, maka mutu dan kualitas beras telah turun, sehingga tidak layak lagi dikonsumsi oleh masyarakat. Meskipun sebenarnya beras disposal juga ada dari penyerapan dalam negeri yang diserap dengan kebijakan any quality atau diserap dengan berbagai kondisi beras dari petani.

"Dan sisa impor tahun lalu itu kan beras masuk ke Indonesia di Februari 2024. Itu pun sudah lebih dari satu tahun kan. Belum lagi ketika dia berada di negara yang sebelum diekspor ke Indonesia. Bisa-bisa jadi hampir dua tahun. Dua tahun itu sudah sangat tidak layak sebenarnya dikonsumsi," ungkapnya.

"Ada dua sumber disposal nanti. Sumber pertama adalah beras sisa impor yang umurnya sudah di atas satu tahun. Dan sumber kedua adalah beras hasil pengolahan gabah yang any quality," tambahnya.

Dwi Andreas juga menjelaskan, sebenarnya beras disposal itu tidak serta merta akan terbuang sia-sia. Tetapi memang tidak lagi bisa dikonsumsi oleh masyarakat. Namun, bisa digunakan untuk pakan ternak.

"Tapi untuk pakan pun ada persyaratannya. Misalnya apakah beras tersebut belum terkontaminasi oleh misalnya alfatoksin atau apapun. Lalu alternatif lainnya beras tersebut digunakan untuk bahan baku etanol, misalnya. Jadi dalam arti disposal itu beras tersebut tidak bisa lagi digunakan sesuai dengan tujuan semula," pungkasnya.

Sebelumnya, Perum Bulog telah mengonfirmasikan terkait masih ada stok beras sisa impor di gudang. Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menjelaskan untuk pengaadan beras dalam negeri ada sebanyak 2,8 juta ton dari total cadangan beras pemerintah (CBP) 3,9 juta ton, sementara sisanya dari impor tahun sebelumnya.

Artinya, ada 1,1 juta ton beras sisa impor tahun lalu yang belum disalurkan. Rizal menjelaskan, saat ini langkah penyaluran sisa impor itu dilakukan melalui program bantuan pangan beras dan Stabilitas Harga dan Pasokan Pangan (SPHP).

"Beras pengadaan 2,8 juta ton yang dalam negeri. Nah ditambah sisa-sisa dulu. (Impor tahun lalu) Masih ada. Ya, sekarang kan sudah ada bantuan pangan, SPHP," kata dia ditemui di Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Rabu (13/8/2025).

Tonton juga video "Mentan Lapor ke Prabowo Harga Beras Mulai Turun" di sini:

(ada/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads