Zulhas Sebut RI Ketergantungan Impor Pangan, Singgung Gandum hingga Kedelai

Zulhas Sebut RI Ketergantungan Impor Pangan, Singgung Gandum hingga Kedelai

Ilyas Fadilah - detikFinance
Kamis, 28 Agu 2025 15:58 WIB
Zulkifli Hasan.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan/Foto: Dok. Demi Indonesia
Jakarta -

Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas menyebut bahwa Indonesia ketergantungan impor pangan. Menurutnya, hampir semua komoditas pangan mengandalkan pasokan dari impor.

"Keadaan kita sekarang ya, pangan kita hampir tergantung kepada impor. Hampir semuanya," kata Zulhas dalam acara Indonesia Summit 2025 di The Tribrata Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Kamis (28/8/2025).

Roti atau mi instan yang kerap dikonsumsi saat sarapan misalnya, bahan bakunya masih dibeli dari luar negeri. Rata-rata impor gandum sebagai bahan baku mi dan roti tembus 13 juta ton per tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau saudara-saudara pagi-pagi makan roti atau makan mi goreng itu 100% impor, gandum. Tahu berapa impornya? Kira-kira 13 juta ton. Naik terus," ungkap Zulhas.

Impor Kedelai

Begitu juga tahu dan tempe yang bahan bakunya diimpor. Zulhas mengatakan, impor kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe rata-rata 3 juta ton per tahun.

ADVERTISEMENT

"Habis itu nggak enak kalau nggak ada lauknya, ada tahu atau tempe goreng. 100% impor. Kedelai kita impor itu kira-kira 3 juta," imbuh Zulhas.

Begitu juga dengan kue dan minuman yang membutuhkan gula. Jumlah impor gula mencapai 6 juta ton per tahun.

"Kue atau manisan, atau minum apa ya? Teh. Apapun yang manis-manis. Sudah tahu berapa impor gula. Kita impor gula kira-kira 6 juta per tahun," sebut Zulhas.

Swasembada Pangan

Zulhas menyatakan, jika kondisi ini tak diubah maka Indonesia akan ketergantungan dengan harga dunia. Maksudnya, saat konflik global pecah maka harga pangan dalam negeri ikut naik.

Dampak lanjutnya adalah turunnya daya beli hingga menambah jumlah orang miskin. Oleh karena itu, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto bertekad untuk berubah dan menjalankan program swasembada pangan.

"Oleh karena itu, program Pak Prabowo, pangan itu hal yang paling pokok, karena kita belajar dari Orde Baru, Orde baru kita pernah pertumbuhan ekonomi kita 7,5%, 8%, 10 tahun lebih. Kita pernah swasembada yang panjang. Oleh karena itu, pilihan kita adalah harus swasembada pangan," tutupnya.

Tonton juga video "Komisi IX Dorong Indonesia Tak Bergantung pada Vaksin Impor" di sini:

(ily/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads