Pengusaha pusat perbelanjaan atau mal memperkirakan transaksi turun hingga 50% karena sepi pengunjung. Kondisi ini terjadi sejak Jumat (29/8) menyusul adanya aksi massa rusuh.
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja mengatakan pada kondisi normal rata-rata jumlah transaksi di 100 mal di DKI Jakarta mencapai Rp 500 miliar per hari.
"Penurunan transaksi sekitar 50% per hari. Sejak Jumat lalu (sepi pengunjung)," katanya kepada detikcom, Senin (1/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alphonzus menyebut hampir semua kategori gerai di mal terdampak, kecuali kebutuhan sehari-hari. Alphonzus menjelaskan mal tetap dapat beroperasional normal, tapi dengan mengutamakan keamanan dan kenyamanan pelanggan.
"Hampir semua kategori terdampak kecuali kebutuhan pokok sehari-hari," jelas dia.
![]() |
Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah belum menghitung kerugian mal. Namun, ia memastikan ada penurunan omzet.
"Kalau kerugian belum dapat ya, tapi kalau di Jakarta aja dalam sehari udah beberapa ratus miliar, omzet ya," ujarnya kepada detikcom.
Ia mengakui mal-mal di pusat kota mengalami sepi pengunjung, terutama di titik-titik yang dekat aksi demonstrasi.
"Imbas demo pasti sepi ya daerah-daerah pusat, yang merah, dekat-dekat Senayan ya yang Jakarta. Kalau di Makassar ya agak sepi itu ada demo dekat-dekatnya. Kota-kota yang Bogor, Cibubur, Serpong, Pluit masih ramai malnya," jelasnya.
Ia menyebut ada beberapa sektor yang terdampak, seperti fesyen hingga bioskop, namun supermarket dan restoran terjadi peningkatan di beberapa daerah yang tidak dekat dengan aksi unjuk rasa.
"Department Store, fesyen terdampak ya, tapi untuk supermarket, restoran masih lumayan peningkatan di pinggiran mungkin karena ada panic buying, ya. Bioskop juga (terdampak) karena orang takut keluar," imbuhnya.
Saksikan Live DetikSore :