Perancang busana sekaligus pemilik brand fesyen Armani, Giorgio Armani, meninggal dunia pada usia 91 tahun. Ia menjabat sebagai ketua, kepala eksekutif, dan direktur kreatif perusahaannya hingga wafat pada hari Kamis (4/9) kemarin.
Desainer kenamaan tersebut memadukan kemewahan Hollywood dengan busana Italia untuk membangun kerajaan bisnis mewah yang besar dan independen.
Mengutip Vanity Fair, Jumat (5/9/2025), di bawah payung Armani Group, sejumlah bisnis Armani di antaranya koleksi desainer pria dan wanita, Armani Collezioni, department store mewah; Armani Privé, koleksi haute couture yang diluncurkan pada tahun 2005; dan Armani/Casa, lini rumah dan furnitur yang diluncurkan pada tahun 2000.
Semuanya disatukan oleh estetika Armani, yang didefinisikan oleh arsitektur yang bersih namun mewah. Armani secara luas juga memiliki pabrik, fasilitas produksi dan distribusinya sendiri, dan toko ritel, termasuk satu yang menempati satu blok penuh di Via Manzoni Milan.
Giorgio Armani lahir di kota kecil Piacenza dalam keluarga sederhana asal Armenia. Tak ada tanda-tanda Armani muda akan menjalani sebagian besar masa hidupnya di bidang mode. Ia bahkan tumbuh dengan panggilan untuk menjadi dokter.
Setelah dua tahun menekuni studi kedokteran, yang ditinggalkannya untuk mengabdikan dirinya pada fotografi, ia menjadi penata etalase di Milan. Pada saat itulah gairahnya terhadap mode mulai terasa.
Sekitar 64 tahun yang lalu, Giorgio Armani memulai langkah pertamanya di dunia mode. Setelah mendapatkan pekerjaan sebagai penata gaya di Nino Cerruti, ia mempelajari seluk-beluk dunia mode dari tahun 1961 hingga 1970. Saat itulah ia menemukan panggilan sejatinya pada desain mode.
Bosan tidak bekerja dengan namanya sendiri, ia meluncurkan bisnis desain lepas pada tahun 1975 dengan Sergio Galeotti, mitra bisnis dan hidupnya, dan mendirikan perusahaannya sendiri: Giorgio Armani SPA.
Tahun 1980 menandai awal ketenaran Armani di kancah internasional. Dikenal karena kemampuannya yang luar biasa untuk mengaburkan batasan antara aturan berpakaian bisnis dan pakaian kasual, Giorgio Armani tak perlu lagi membuktikan bakat gayanya. Ia menjadikan warna abu-abu dan denim sebagai spesialisasinya.
Pengabdiannya ini juga mencakup perancangan seragam untuk Angkatan Udara Italia serta banyak aktor Hollywood. Setelah Christian Dior, Giorgio Armani adalah desainer kedua yang menjadi sampul majalah Amerika, Times, pada tahun 1981. Resmi sudah nama Giorgio Armani menjadi buah bibir di seluruh dunia pada waktu itu.
Selama tahun 2000an, popularitas Giorgio Armani terus meningkat di seluruh dunia, dan dekade tersebut menjadi saksi beberapa pencapaian besar bagi desainer Italia tersebut. Dengan perusahaan mode internasional yang menguntungkan, ia tak ragu menginvestasikan uangnya dalam proyek-proyek baru yang ambisius.
Pada tahun 2006, sang desainer bekerja sama dengan Emaar Properties, sebuah perusahaan real estat yang berbasis di Dubai, untuk meluncurkan jaringan Armani Hotels. Kini, jaringan hotel mewah ini memiliki dua alamat: satu di Milan, Italia, dan yang kedua di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dua tahun setelah peluncuran jaringan hotel mewahnya, Giorgio Armani dianugerahi lencana Officer of the Légion d'Honneur pada tanggal 3 Juli 2008, oleh Presiden Prancis saat itu,Nicolas Sarkozy, pada upacara penutupan Paris Fashion Week Haute-Couture.
Armani terus memperluas kerajaan mode raksasanya dengan lebih dari 500 toko di seluruh dunia. Bloomberg Intelligence menaksir nilai bisnis Armani per 2024 lalu antara 8 hingga 10 miliar euro atau setara Rp 153,21 - 191,52 triliun (kurs Rp 19.152/euro).
(eds/ily)