Elon Musk, sosok yang sudah menyandang gelar orang terkaya di dunia, berpotensi menjadi triliuner pertama di muka bumi. Hal ini setelah dewan direksi Tesla merilis paket kompensasi jumbo untuk mempertahankannya tetap fokus pada produsen mobil listrik yang tengah goyah itu.
Skema baru ini akan membuat Elon Musk mendapatkan tambahan saham Tesla jika perusahaan mampu melesat jauh melampaui valuasi saat ini, dengan kapitalisasi pasar yang belum pernah dicapai perusahaan mana pun.
Dikutip dari CNN, Sabtu (6/9/2025), paket tersebut bisa memberi Musk 423,7 juta lembar saham tambahan dengan nilai sekitar US$ 143,5 miliar atau setara Rp 2.353 triliun (kurs Rp 16.400) pada harga saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, saham itu hanya akan jadi miliknya jika valuasi Tesla naik drastis beberapa tahun ke depan hingga mencapai US$ 8,5 triliun, jauh di atas kapitalisasi pasar Tesla sekarang yang berada di US$ 1,1 triliun. Jika target valuasi itu tercapai maka nilai saham tambahan Elon Musk bisa mendekati US$ 1 triliun, menjadikannya orang pertama dalam sejarah dengan kekayaan setingkat itu.
Tesla akan melampaui Nvidia yang masih jadi perusahaan paling bernilai di pasar, sekaligus mempertegas posisinya sebagai pabrikan otomotif paling berharga meski kalah volume penjualan dan profit dari Toyota maupun produsen lainnya.
Paket kompensasi ini disampaikan lewat dokumen proxy statement Tesla, yang juga mencantumkan usulan pemegang saham agar perusahaan mengambil porsi investasi di xAI, perusahaan kecerdasan buatan milik Musk yang belum go public.
xAI baru mengakuisisi platform media sosial X (sebelumnya Twitter) yang dibeli Musk pada 2022 senilai US$ 44 miliar. Seandainya Tesla jadi masuk ke xAI, potensi keuntungan ganda terbuka karena Elon Musk adalah pemilik mayoritas.
Saham Elon Musk di Tesla
Saat ini Elon Musk punya 410 juta saham Tesla senilai US$ 139 miliar, di luar kepemilikannya di xAI, SpaceX, dan beberapa perusahaan lain yang ia dirikan. Total kekayaannya menurut Bloomberg mencapai US$ 378 miliar.
Meski begitu, sebagian paket sahamnya masih tersangkut kasus hukum. Opsi membeli 304 juta saham dari paket 2018 dua kali dibatalkan pengadilan Delaware, meskipun mayoritas pemegang saham Tesla menyetujuinya.
Tahun ini perusahaan mencoba lagi memberikan opsi tersebut, yang jika dihitung membuat Musk menguasai 18% saham Tesla. Nilai saham Tesla sempat berlipat ganda setelah pilpres AS 2024, ketika investor percaya hubungan erat Musk dengan Presiden Donald Trump akan menguntungkan.
Namun, gelombang protes, penurunan penjualan, dan laba yang tergerus membuat sahamnya kembali rontok. Walau sempat pulih, harga saham masih lebih rendah 26% dari puncak Desember.
Tetap saja, Elon Musk dan para pendukungnya di Wall Street yakin masa depan Tesla masih menjanjikan. Elon Musk terus menjanjikan terobosan besar dari mobil swakemudi, termasuk layanan robotaksi, hingga robot humanoid yang menurutnya bisa melebihi bisnis mobil listrik Tesla sendiri.
"Ini memang paket bayaran besar, tapi Tesla perlu memastikan aset terbesarnya, yaitu Musk, tetap memimpin," ujar Dan Ives, analis Wedbush Securities. Ia menyebut di era AI, Musk adalah penggerak utama pertumbuhan berikutnya.
Elon Musk Diminta Fokus ke Tesla
Tesla menekankan pentingnya menjaga fokus Musk, mengingat ia punya begitu banyak bisnis sekaligus aktif di politik, bahkan berencana bikin partai baru setelah pecah kongsi dengan Trump. Dewan juga menyinggung rencana suksesi, dengan syarat Elon Musk harus menyiapkan kerangka pergantian CEO sebelum menerima bagian akhir 70 juta sahamnya.
Elon Musk tidak menerima gaji tunai dari Tesla, yang mana semua kompensasi berasal dari saham. Sejak 2017 ia bahkan tidak menerima bayaran karena masih terhambat perselisihan hukum terkait opsi saham.
Berbeda dengan Jeff Bezos atau Mark Zuckerberg yang tidak lagi mendapat opsi saham, Elon Musk menilai perlu tambahan saham untuk memperkuat kendali. Ia terang-terangan menyebut perlu menguasai setidaknya 25% saham Tesla agar bisa memimpin pengembangan AI dan robotika tanpa khawatir digulingkan.
"Kalau tidak, saya lebih baik kembangkan produk di luar Tesla," tulis Musk di X. Menurut Ross Gerber, investor awal Tesla, paket bayaran ini tak lain adalah upaya Musk mengamankan posisi karena sahamnya sekarang hanya 13%.