Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Tradisional, Impor Raw Sugar Disetop Sementara

Gula Rafinasi Bocor ke Pasar Tradisional, Impor Raw Sugar Disetop Sementara

Aulia Damayanti - detikFinance
Jumat, 12 Sep 2025 07:30 WIB
Ilustrasi gula rafinasi
Foto: Getty Images/Aphirak Thila
Jakarta -

Gula rafinasi kini banyak dijual di pasar tradisional. Hal ini dianggap sebagai kebocoran, sebab gula rafinasi yang berasal dari impor seharusnya diperuntukkan bagi industri seperti produsen makanan dan minuman.

Sebagai langkah menekan kebocoran tersebut, pemerintah memutuskan menghentikan sementara impor raw sugar atau gula kristal mentah yang menjadi bahan baku gula industri atau rafinasi.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono mengatakan penghentian sementara impor ini dilakukan karena ditemukannya gula rafinasi yang bocor ke pasar tradisional sehingga gula produksi petani menumpuk.

"Keputusannya adalah kita setop dulu (impor gula mentah), kita serap bagaimana gula dalam negeri agar bisa terserap dengan baik. Semangatnya dari Pak Presiden adalah bagaimana produksi dalam negeri dioptimalkan untuk kebutuhan dalam negeri dan kita kurangi impor. Sebisa mungkin kita tidak impor beras, tidak impor jagung di tahun ini, dan tidak impor gula industri," kata Sudaryono di Kemenko Pangan, Jakarta Pusat, Kamis (11/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menambahkan, realisasi impor gula kristal mentah saat ini sudah mencapai 70% dari total kuota 4 juta ton. Sisanya sementara ditahan untuk tidak masuk ke Indonesia.

"Yang sudah terealisasi sekarang 70% dari kuota impor raw sugar. Nah, keputusan hari ini, sisanya sementara kita hold dulu," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Salah satu penyebab bocornya gula rafinasi ke pasar tradisional adalah karena harganya lebih murah dibandingkan gula konsumsi dari petani tebu. Kondisi ini menyebabkan sekitar 100 ribu ton gula petani menumpuk atau tidak terserap pasar.

"Efeknya adalah gula konsumsi yang diproduksi dari petani dan digiling di pabrik gula serapannya rendah. Ada 100 ribu ton yang macet, sehingga merugikan petani. Ini karena harga gula rafinasi jauh lebih murah daripada gula konsumsi," ungkapnya.

Untuk jangka panjang, pemerintah merencanakan pengurangan impor gula secara bertahap hingga bisa mencapai swasembada.

"Target tahun ini adalah swasembada pangan untuk kebutuhan konsumsi. Industrinya nanti pelan-pelan kita ambil porsinya sehingga betul-betul bisa swasembada, baik untuk kebutuhan pangan maupun industri," pungkas Sudaryono.

Simak juga Video 'CISDI Ungkap Anak Usia Sekolah Gemar Konsumsi Gula dan Garam':

(ada/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads