Mobil Nasional RI? Masih Jauh...
Selasa, 31 Jul 2007 08:12 WIB
Jakarta - Indonesia kini dipandang semakin cantik oleh para prinsipal otomotif dunia. Sehingga asing terus berlomba-lomba memasarkan produknya di tanah air. Pasar yang kondusif ini dinilai sebagai saatnya industri otomotif nasional bangkit membuat brand anak negeri yang siap bersaing dengan prinsipal Jepang, Amerika, Eropa, Cina maupun Malaysia. Sayangnya Indonesia masih akan kesulitan menciptakan mobil nasional karena terhadang empat masalah. "Syarat suatu negara bisa membuat brand sendiri ada empat yakni volume pasar yang besar, penguasaan teknologi, angka investasi yang sangat besar dan socio political environment yang kondusif," kata pengamat otomotif senior Soehari Sargo ketika dihubungi detikFinance, Jakarta, Senin (30/7/2007).Penjualan mobil tertinggi di Indonesia baru sekitar 500 ribu unit atau hanya 0,2 persen dari jumlah penduduk."Sekarang tampaknya sulit masuki pasar dengan brand sendiri karena pasar yang ada sudah dikuasai merek pendahulu, yang terbesar kuasai pasar lokal ialah merk Jepang," jelasnya.Sedangkan penguasaan teknologi tidak bisa dilakukan oleh satu perusahaan saja karena industri otomotif memerlukan struktur pendukung mulai bahan baku hingga komponen, dan Indonesia masih sangat tergantung teknologi asing."Industri otomotif itu memerlukan struktur pendukung yang mencapai ratusan perusahaan seperti komponen dan bahan baku ini harus kembangkan bersama dan memerlukan investasi yang cukup besar," ungkapnya.Sementara socio political environment diperlukan mengingat perkembangan masyarakat dan kebijakan pemerintah itu berpengaruh, tidak hanya dilihat industrinya saja. "Yang bisa dilakukan sekarang, pelaku industri harus pintar-pintar membuat aliansi dengan prinsipal raksasa dunia, agar kita diberi kepercayaan dan mereka tertarik berkembang bersama-sama," katanya."Kalau sudah begitu bisa saja kita punya brand sendiri. Setelah berhasil menguasai teknologi," tambahnya. Seperti yang dilakukan Cina, lanjut Suhari, mula-mula kerjasama dengan Jepang dan Korea. Setelah merasa sudah menguasai teknologi dan melihat peluang volume yang besar Cina akhirnya bikin merek sendiri seperti Chery dan Geely.Indonesia pernah memikirkan konsep mobil nasional di tahun 1978 yang dimulai dari kendaraan komersial. Beberapa contoh mobnas adalah truk buatan Texmaco. Sayangnya, Texmaco akhirnya menjadi pasien BPPN akibat salah urus."Texmaco inginnya mengembangkan merek sendiri dan berhasil, dia beli mesin-mesin pabrik dari Eropa yang sudah tidak terpakai disana dipindahkan kesini. Namun sayangnya Texmaco tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi," ujarnya.Sementara merek Timor tidak punya volume besar karena hanya produksi sedan. Padahal Indonesia bukan pasarnya sedan tapi jenis multipurpose vehicles (MPV)."Dan Timor tidak punya struktur pendukung. Meskipun investasinya dilakukan sendiri tapi dia bisa ada karena ada fasilitas dan proteksi," tandas Soehari.
(ir/qom)