PB HMI Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Hilirisasi Pertanian

PB HMI Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Hilirisasi Pertanian

Inkana Putri - detikFinance
Jumat, 26 Sep 2025 10:18 WIB
PB HMI Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Hilirisasi Pertanian
Foto: Kementan
Jakarta -

Kementerian Pertanian (Kementan) terus mengakselerasi program hilirisasi pertanian sebagai upaya meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian. Sejalan dengan upaya tersebut, Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam mengawal keberlanjutan hilirisasi.

Ketua Bidang Pertanian dan Kelautan PB HMI, Romadhon menyampaikan keterlibatan pemuda menjadi kunci dalam membangun hilirisasi yang berkelanjutan.

"Hilirisasi berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membuka lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan impor. Namun semua itu harus diawali dari sektor hulu dengan mendorong generasi muda kembali ke dunia pertanian," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal tersebut disampaikannya dalam Forum Guntur (Gerakan Untuk Rakyat) bertajuk "Menakar Hilirisasi Sektor Pertanian" di Sekretariat PB HMI, Jakarta, Kamis (25/9),

Senada, Ketua Umum PB HMI, Bagas Kurniawan menilai regenerasi petani merupakan agenda strategis yang perlu mendapat perhatian. Pasalnya, saat ini semakin banyak generasi muda yang beralih profesi di luar sektor pertanian sehingga diperlukan upaya untuk menjaga keberlanjutan pangan nasional.

ADVERTISEMENT

"Indonesia dikenal sebagai negara agraris, namun modernisasi pertanian kita masih tertinggal dibandingkan negara lain. Karena itu, perlu pembenahan menyeluruh mulai dari kebijakan, penguatan kelembagaan, hingga jaminan harga yang menguntungkan petani," jelas Bagas.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Koperasi Bulog Pusat, Fatah Yasin menekankan agar peran mahasiswa dan pemuda tidak berhenti pada wacana.

"Pangan merupakan fondasi ketahanan sosial, ekonomi, dan politik. Karena itu, mahasiswa harus mampu terlibat langsung dalam penguatan ekosistem pangan nasional, baik di sektor produksi (on farm) maupun pengolahan dan distribusi (off farm)," jelasnya.

Sementara itu, FIAN Indonesia melalui Martin Hadiwinata mengingatkan ketergantungan Indonesia terhadap beras dan impor gandum masih tinggi. Menurutnya, diversifikasi pangan lokal perlu diperkuat agar akses gizi masyarakat lebih merata sekaligus mendorong kedaulatan pangan.

"Regenerasi petani muda dan kampanye pangan lokal harus menjadi agenda strategis, termasuk bagi kader HMI," paparnya.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan setelah mencetak capaian stok beras nasional tertinggi sepanjang masa, yakni 4,2 juta ton, Indonesia siap naik kelas, dari penghasil bahan mentah menjadi negara pengolah sekaligus eksportir produk pertanian bernilai tambah tinggi.

Menurutnya, program hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah ekspor, tetapi juga menciptakan jutaan lapangan kerja baru, menghidupkan industri desa, dan memperkuat ekonomi lokal.

"Selama ini, negara lain mengolah kakao dan kopi kita lalu mengekspor dengan nilai puluhan kali lipat. Kini saatnya Indonesia memimpin hilirisasi komoditasnya sendiri," tegas Amran.

Untuk itu, pemerintah menyiapkan investasi senilai Rp 371,6 triliun yang bersumber dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), sektor swasta, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Lebih jauh, pemerintah mempercepat hilirisasi komoditas strategis perkebunan dengan fokus pada enam komoditas utama, yakni tebu, kakao, kelapa, kopi, mete, serta lada/pala. Program ini menargetkan pengembangan lahan seluas 800.000 hektare dengan dukungan Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Kementerian Pertanian sebesar Rp 9,95 triliun.

Dengan sinergi pemerintah, dunia usaha, dan pemuda, hilirisasi diharapkan menjadi momentum penting untuk memperkuat kedaulatan pangan sekaligus meningkatkan daya saing pertanian Indonesia di pasar global.




(ega/ega)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads