Tangis Wakil Kepala BGN Gegara Banyak Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis

Tangis Wakil Kepala BGN Gegara Banyak Kasus Keracunan Makan Bergizi Gratis

Retno Ayuningrum - detikFinance
Sabtu, 27 Sep 2025 07:27 WIB
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang (tengah).Foto: Retno Ayuningrum/detikcom
Jakarta -

Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S Deyang menyampaikan permohonan minta maaf terkait insiden keracunan dalam pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) yang menimbulkan keresahan masyarakat. Hal ini disampaikan Nanik sembari terisak dan suara bergetar.

Mulanya, Nanik tak menampik bahwa insiden tersebut terjadi lantaran lemahnya pengawasan pihaknya di lapangan. Selain itu, ia menilai sekitar 80% pelaksanaan program MBG tidak sesuai dengan prosedur operasional standar (SOP) yang ditetapkan oleh BGN, baik pelaksanaannya di mitra maupun di tim BGN.

Berdasarkan data BGN, sejak Januari hingga 25 September 2025, sebanyak 5.914 penerima manfaat yang terdampak insiden keamanan pangan MBG. Pada September, setidaknya 2.210 orang yang menjadi korban. Angka ini meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya hanya 1.980 orang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami mengaku salah atas apa yang terjadi insiden pangan, insiden keamanan pangan. Jadi kalau saya sebut insiden keamanan pangan ini ternyata menemukan tidak semua terduga beracun ada juga karena alergi," kata Nanik dalam acara konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (26/9/2025).

Nanik menegaskan BGN akan bertanggung jawab atas insiden tersebut, termasuk biaya rumah sakit. Ia memastikan tidak akan menoleransi Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tidak memenuhi standar dari BGN.

ADVERTISEMENT

Nanik pun menyampaikan permohonan maaf atas nama BGN. Ia dengan suara bergetar mengaku sedih usai melihat video-video keracunan di media sosial.

"Lalu yang paling penting dari hati saya yang terdalam, saya mohon maaf atas nama BGN, atas nama seluruh SPBG di Indonesia, saya mohon maaf, saya seorang ibu. Melihat gambar-gambar di video sedih hati saya. Mengapa? Kalau anak saya panas saja, saya sudah stres bukan main. Apalagi nilai melihat anak-anak sampai digotong ke puskesmas, ke pokok," terangnya.

Nanik menerangkan niat pemerintah ingin membantu anak-anak terpenuhi gizinya, agar mereka menjadi generasi emas. Sebab, berdasarkan pengalamannya di BP Taskin, ia sering melihat anak-anak yang hanya berlauk garam saja.

"Kami punya wujud agar anak-anak Indonesia mempunyai keadilan dalam pemenuhan gizi. Tapi tidak kami juga. Ternyata saat ini luar biasa masalah yang terjadi. Itu sebabnya saya tidak pernah akan mau menyebut angka atau apapun yang terjadi, karena ini bukan masalah angka. Tetapi satu nyawa pun, satu anak pun sakit, itu adalah menjadi tanggung jawab kami," terang Nanik.

Nanik menerangkan pihaknya tidak ingin kejadian keracunan ini terjadi secara berulang. Ia menyebut terus berusaha memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi.

"Jadi sekali lagi, pada anak-anak saya yang tercinta di seluruh Indonesia, dan juga para orang tua, saya mohon maaf atas nama BGN dan berjanji tidak akan lagi terjadi. Tidak akan terjadi lagi. Kami juga mohon dukungan kepada semua pihak," imbuh Nanik dengan suara bergetar.

45 Dapur MBG Tak Sesuai SOP

Setidaknya ada 45 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tidak menjalankan prosedur operasional standar (SOP) yang ditetapkan oleh BGN sehingga menjadi penyebab insiden keracunan terjadi. Dari total tersebut, sebanyak 40 dapur yang ditutup operasionalnya hingga batas waktu yang tidak ditentukan.

"Hari ini kami mencatat, ada 45 dapur kami yang ternyata tidak menjalankan SOP dan menjadi penyebab terjadinya insiden keamanan pangan. Dari 45 dapur itu, 40 dapur kami nyatakan ditutup untuk batas waktu yang tidak ditentukan. Sampai semua penyelidikan, baik investigasi maupun perbaikan-perbaikan sarana dan fasilitas selesai dilakukan," jelas Nanik.

BGN telah mengeluarkan surat untuk mitra SPPG agar melengkapi sertifikat layak higienis dan sanitasi (SLHS), sertifikat halal serta sertifikat penggunaan air yang layak pakai. Ia memberikan batas waktu 1 bulan agar mitra SPPG dapat melengkapi sejumlah sertifikat tersebut.

"Apabila dalam waktu 1 bulan itu ternyata mereka tidak memenuhi 3 hal ini, maka kami akan menutup. Kalau dalam 1 bulan kepada para mitra di seluruh Indonesia, kalau Anda semua tidak memenuhi, tidak mempunyai sertifikat SLHS, sertifikat halal dan juga sertifikat untuk kelayakan air yang bisa dikonsumsi, kami akan menutup," terang Nanik.

Nanik menegaskan tidak bermain dengan masalah keseuatan Indonesia. Ia pun menyesalkan dapur-dapur MBG tersebut tidak menjalankan SOP yang ditetapkan BGN. Buntut dari kejadian itu, Nanik menyebut setiap SPPG harus dipimpin oleh ahli masak atau chef yang bersertifikasi.

"Dan sungguh saya menyesalkan akibat dari 45 dapur ini, sekarang 9.400 dapur yang lain bisa jadi terancam. Kami juga membuat aturan lagi bahwa ketentuan semua dapur SPPG harus dipimpin oleh chef yang bersertifikasi. Satu pimpinan chef itu nanti merupakan wakil dari BGN, tapi pihak mitra juga harus menyiapkan chef sebagai pendamping di dapur. Jadi nanti ada 2 chef di dalam dapur itu, 1 chef dari mewakili BGN, 1 chef dari mitra dan semua harus bersertifikasi," jelasnya.

Ia pun mengajak masyarakat agar mengawasi operasional dapur MBG. Pihaknya pun akan membuka layanan dua puluh empat jam agar masyarakat dapat mengadu apabila menemukan dapur MBG tidak sesuai dengan SOP.

(rea/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads