RI Ekspor 260 Ton Santan Beku ke China

RI Ekspor 260 Ton Santan Beku ke China

Anisa Indraini - detikFinance
Minggu, 28 Sep 2025 10:30 WIB
Balai Karantina Sumsel saat mengecek kualitas santan beku yang akan diekspor ke China.
Ilustrasi santan beku/Foto: Dok. Balai Karantina Sumsel
Jakarta -

PT Kether Coco Bio, perusahaan pengolahan kelapa asal Sulawesi Utara (Sulut), melepas ekspor perdana 260 ton santan beku ke China senilai Rp 12 miliar. Produk dikirim dalam 10 kontainer dengan memanfaatkan fasilitas Kawasan Berikat dari Kantor Wilayah Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara (Sulbagtara).

Perwakilan perusahaan, Edi Gunawan, mengatakan PT Kether Coco Bio berfokus pada pengolahan kelapa dengan produk utama santan beku untuk pasar ekspor.

Saat ini, nilai investasi yang sudah ditanamkan sekitar US$ 50 juta (Rp 800 miliar), dengan target naik menjadi US$ 100 juta (Rp 1,6 triliun) dalam beberapa tahun ke depan.

"Perusahaan telah mempekerjakan 110 tenaga kerja lokal dan menargetkan penyerapan hingga 500 orang di masa depan. Dengan fasilitas Kawasan Berikat, kami semakin yakin bisa mencapai ekspor minimal 100 kontainer per bulan," ujar Edi dalam keterangan tertulis, Minggu (28/9/2025).

Edi menambahkan, kapasitas produksi rata-rata mencapai 28 ton per hari. Ia menyampaikan apresiasi kepada Bea Cukai Sulbagtara yang dinilai cepat memproses kebutuhan perusahaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Kanwil Bea Cukai Sulbagtara, Erwin Situmorang, menyatakan fasilitas Kawasan Berikat merupakan bentuk dukungan pemerintah bagi pertumbuhan industri di daerah. "Fasilitas ini diharapkan memberikan dampak positif bagi masyarakat sekaligus mendorong perekonomian daerah," katanya.

Wakil Gubernur Sulut Victor Mailangkay juga memberikan apresiasi atas langkah investasi PT Kether Coco Bio. Ia menekankan bahwa keberanian perusahaan berinvestasi akan memperkuat ekonomi daerah, sekaligus berterima kasih kepada Bea Cukai yang memfasilitasi percepatan izin.

"Saat ini ada 16 perusahaan pengolahan kelapa di Sulut, 12 di antaranya sudah ekspor. Data Bea Cukai mencatat nilai ekspor produk kelapa pada 2024 mencapai US$ 21,12 juta, sementara hingga Agustus 2025 sudah US$ 24,65 juta. Ini potensi luar biasa bagi daerah kita," kata Victor.

Meski begitu, ada dua tantangan yang perlu segera ditangani, yaitu ketersediaan bahan baku dan konektivitas logistik. Banyak tanaman kelapa di Sulut sudah tua sehingga peremajaan dinilai mendesak. Selain itu, belum adanya jalur pelayaran langsung (direct call) dari Pelabuhan Bitung ke China membuat waktu pengiriman mencapai 30 hari. Padahal dengan direct call, waktu bisa dipangkas menjadi 5-7 hari sehingga ekspor lebih efisien dan kompetitif.

(aid/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads