Korsel Tak Sanggup Penuhi Janji Investasi Rp 5,84 Kuadriliun ke AS

Korsel Tak Sanggup Penuhi Janji Investasi Rp 5,84 Kuadriliun ke AS

Andi Hidayat - detikFinance
Minggu, 28 Sep 2025 11:30 WIB
WASHINGTON, DC - AUGUST 25: U.S. President Donald Trump (R) and South Korean President Lee Jae-myung talk to reporters before an Oval Office meeting at the White House on August 25, 2025 in Washington, DC. During Lees first official visit to the White House, the two leaders are set to discuss trade and military cooperation to counter North Korea and China, South Koreas top trade partner. (Photo by Chip Somodevilla/Getty Images)
Foto: Getty Images/Chip Somodevilla
Jakarta -

Pemerintah Korea Selatan (Korsel) dikabarkan tak mampu memenuhi keinginan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, untuk berinvestasi hingga US$ 350 miliar atau sekitar Rp 5,84 kuadriliun.

Investasi ini menjadi bagian dari kesepakatan dagang untuk memangkas tarif impor produk Korsel agar lebih rendah dari ketetapan sebelumnya. Adapun sebelumnya, AS menetapkan tarif impor sebesar 25% untuk Koresl.

Dikutip dari Reuters, Pemerintah Korsel tengah mencari solusi alternatif. Adapun investasi jumbo itu menjadi janji investasi pemerintah Korsel kepada AS dalam bentuk pinjaman dan jaminan pinjaman serta ekuitas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu lalu, Trump mengatakan Korsel akan menyediakan investasi awal, meski Seoul berpendapat pengeluaran ini mengancam ekonomi terbesar keempat di Asia itu.

"Posisi yang kita bicarakan bukanlah taktik negosiasi, melainkan, secara objektif dan realistis, bukan pada tingkat yang mampu kita tangani," ujar Penasihat Keamanan Nasional Korea Selatan, Wi Sung-lac, dikutip dari Reuters, Minggu (28/9/2025).

ADVERTISEMENT

"Kami tidak mampu membayar US$ 350 miliar secara tunai," tambahnya.

Salah satu pejabat Korsel, menyebut negosiasi tentang investasi di muka ini menemui jalan buntu. Kemudian pada hari Kamis lalu, Trump menyinggung nilai investasi awal dari sejumlah negara untuk menurunkan tarifnya.

"Di Jepang, jumlahnya US$ 550 miliar, di Korea Selatan US$ 350 miliar. Itu di muka," ungkapnya.

(rrd/rir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads