Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS), Boeing, berencana akan merekrut karyawan baru untuk menggantikan para pekerja yang melaksanakan aksi mogok kerja. Pemogokan dimulai pada 4 Agustus dan melibatkan sekitar 3.200 pekerja anggota Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional (IAM) Distrik 837.
Informasi itu tersebar melalui memo internal yang disampaikan manajemen. Perusahaan akan mengganti pekerja yang mogok di area St. Louis, yang merakit jet tempur dan amunisi, dengan karyawan baru hingga akhir tahun.
"Kelompok pertama pekerja pengganti untuk mekanik produksi dan perakitan amunisi akan memulai pelatihan pada hari Jumat," menurut memo dari Wakil Presiden Boeing, Dan Gillian, dikutip dari Reuters, Jumat (3/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gillian mengatakan, Boeing juga sedang mengevaluasi pengalihan beberapa pekerjaan ke pihak ketiga. Namun demikian, Boeing menolak berkomentar mengenai memo tersebut atau mengatakan berapa banyak pekerja pengganti yang akan memulai pelatihan.
Sementara itu, para pejabat dan anggota serikat pekerja menilai, langkah tersebut sebagian besar hanya gertakan, mengingat pekerjaan mereka membutuhkan pelatihan berminggu-minggu hingga beberapa bulan.
Selain itu, menurut mereka, mendapatkan izin keamanan yang dibutuhkan untuk banyak pekerjaan di bidang pertahanan dapat memakan waktu cukup lama, hingga enam bulan.
Melalui surat yang dikirim pada hari Rabu lalu, Senator AS Bernie Sanders mendesak Boeing untuk mengakhiri pemogokan selama delapan minggu. Ia meminta agar Boeing membentuk kontrak yang adik dengan para pekerja.
"Tandatangani kontrak yang adil," kata Sanders dalam suratnya kepada CEO Boeing Kelly Ortberg.
Di sisi lain, Manajemen Boeing mengatakan, perusahaan tidak akan menaikkan tawarannya secara signifikan. Sebelumnya perusahaan juga telah memberikan beberapa penawaran, lalu kemudian ditolak oleh para pekerja.
Sanders, bersama dengan Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts dan Senator Republik Josh Hawley dari Missouri, menggunakan sidang komite Senat pada hari Rabu untuk mengecam sikap Boeing dalam perundingan perburuhan.
Komite tersebut sedang meninjau nominasi Presiden Donald Trump untuk posisi-posisi kunci di bidang perburuhan, termasuk kepala penasihat ketenagakerjaan Boeing, Scott Mayer, untuk Dewan Hubungan Perburuhan Nasional.
"Konsep keadilan itu sulit dipahami," ujar Mayer ketika ditanya Hawley tentang resolusi yang adil untuk pemogokan tersebut.
Pada kala itu, Mayer juga mengatakan bahwa ia tidak mewakili perusahaan. Kemudian, Hawley dan Sanders juga mengkritik Boeing karena memberikan paket kompensasi yang substansial kepada para CEO baru-baru ini, tetapi menolak proposal IAM.
Dewan direksi Boeing menyetujui kompensasi sebesar US$ 22 juta untuk Ortberg pada tahun 2025. IAM memperkirakan proposalnya akan menelan biaya rata-rata Boeing sebesar US$ 40 juta per tahun.
"Keadilan mungkin sulit dipahami, tetapi menurut saya itu tidak adil," kata Hawley.
Sebagai informasi, 3.200 anggota serikat pekerja yang merakit jet tempur Boeing di wilayah St. Louis dan Illinois melakukan pemogokan pada 4 Agustus 2025. Aksi ini dilakukan setelah menolak tawaran kontrak dari perusahaan.
Kontrak yang ditolak pekerja adalah perpanjangan masa kerja selama empat tahun dengan kenaikan upah rata-rata sekitar 40% dan mencakup kenaikan upah umum sebesar 20% serta bonus ratifikasi sebesar US$ 5.000. Kontrak tersebut juga mencakup peningkatan kenaikan gaji berkala, lebih banyak waktu liburan, dan cuti sakit.
Itu merupakan tawaran kontrak kedua yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Tawaran tersebut sebagian besar sama dengan tawaran pertama yang ditolak secara mayoritas seminggu sebelumnya.
Ketua Asosiasi Pekerja Mesin dan Dirgantara Internasional Distrik 837 Tom Boelling menyatakan pihaknya berhak mendapatkan kontrak yang mencerminkan keterampilan, dedikasi, dan peran penting mereka dalam pertahanan negara kita.
Lihat juga Video: Prabowo Mau Borong 50 Boeing 777, Segini Harganya