Transformasi PAM JAYA menjadi perusahaan daerah (perseroda) diharapkan menjadi tonggak pemerataan akses air bersih bagi warga Jakarta, terutama kalangan menengah ke bawah. Tak sekadar langkah bisnis, perubahan ini juga dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab sosial dan spiritual dalam mengelola sumber kehidupan.
Komisaris Utama PAM JAYA, Prasetyo Edi Marsudi, menyebut proses pengambilalihan dari pihak swasta menjadi titik balik penting dalam sejarah pengelolaan air ibu kota. Ia menjelaskan, PAM JAYA sempat melewati proses arbitrase senilai Rp 650 miliar untuk mengakhiri kontrak dengan dua operator swasta, Palyja dan Aetra. Dana tersebut kemudian dikembalikan ke kas daerah pada masa Gubernur Anies Baswedan dan digunakan untuk penyertaan modal pembangunan JIS.
Menurut Prasetyo, model bisnis sebelumnya membuat kelompok berpenghasilan rendah sulit mengakses air bersih. Kini, visi PAM JAYA adalah menyambungkan seluruh lapisan masyarakat ke jaringan air. "Ke depan, semua harus tersambung. Warga menengah ke bawah harus punya akses. Setelah lepas dari swasta, alhamdulillah kita sekarang surplus," ujarnya, di Jakarta, dikutip Selasa (7/10/2025).
Ketua Panitia Lokakarya yang juga Ketua Bidang Seni Budaya MUI DKI Jakarta, KH Lutfi Hakim, mengingatkan agar transformasi PAM JAYA tak kehilangan nilai kemanusiaan di tengah dorongan profesionalisasi bisnis. "Transformasi ini harus memperkuat dua hal sekaligus: profesionalitas bisnis dan tanggung jawab sosial," katanya dalam Lokakarya bertajuk "Menakar Masa Depan Air di Jakarta, Akankah Menjadi Air Mata?" yang digelar MUI DKI bersama PAM JAYA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lutfi menilai air bukan hanya sumber ekonomi, tapi juga simbol kehidupan dan keberkahan. Ia menyinggung berbagai tradisi seperti siraman di Jawa, melukat di Bali, hingga budaya Betawi yang memaknai air sebagai lambang kesucian.
Sekretaris Umum MUI DKI Jakarta, KH Auzai Mahfuz, menegaskan air tak boleh menjadi komoditas yang diperebutkan segelintir pihak. "Air ini tidak mengenal agama. Nabi bersabda, manusia punya tiga kebutuhan yang harus dipenuhi bersama: air, udara, dan api," ujarnya.
Dengan semangat baru, transformasi PAM JAYA diharapkan tak hanya menghasilkan surplus finansial, tetapi juga surplus keadilan sosial - memastikan setiap warga Jakarta, tanpa terkecuali, bisa menikmati air bersih yang layak.
Simak juga Video: Era Baru Air Jakarta: Mungkinkah IPO PAM Jaya Jadi Kunci Keberlanjutan?