Harga emas dunia melonjak signifikan 53% sepanjang tahun 2025. Kini harganya tembus hingga US$ 4.000 per ons dan mencapai rekor tertingginya pada Rabu (8/10/2025).
Mengutip dari Reuters, kondisi ini didorong oleh para investor yang cenderung mencari keamanan di tengah peningkatan ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, di samping ekspektasi penurunan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve AS.
Harga emas spot naik 0,9% menjadi US$ 4.017,16 per ons pada pukul 04.42 GMT. Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 0,9% menjadi US$ 4.040 per ons.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara tradisional, emas dipandang sebagai penyimpan nilai selama masa ketidakstabilan. Sebagai salah satu aset dengan kinerja terbaik di tahun 2025, harga emas spot naik 53% year-to-date (YtD) setelah naik 27% di tahun 2024.
"Saat ini, ada begitu banyak keyakinan dalam perdagangan ini sehingga pasar akan menantikan angka bulat besar berikutnya, yaitu 5.000, dengan kemungkinan The Fed akan terus menurunkan suku bunga," kata Tai Wong, seorang pedagang logam independen.
Baca juga: Harga Emas Antam Hampir Rp 2,3 Juta/Gram! |
"Akan ada beberapa kendala seperti gencatan senjata yang berkepanjangan di Timur Tengah atau Ukraina, tetapi pendorong fundamental perdagangan, utang yang besar dan terus meningkat, diversifikasi cadangan devisa, dan dolar yang lebih lemah, kemungkinan besar tidak akan berubah dalam jangka menengah," sambungnya.
Reli logam mulia ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi penurunan suku bunga, ketidakpastian politik dan ekonomi yang berkelanjutan, pembelian bank sentral yang solid, arus masuk ke dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) emas, dan dolar yang lemah.
Di samping itu, penutupan pemerintah AS memasuki hari ketujuh pada hari Selasa. Penutupan pemerintah telah menunda rilis indikator ekonomi utama dari ekonomi terbesar dunia, memaksa investor untuk mengandalkan data sekunder non-pemerintah untuk mengukur waktu dan tingkat pemotongan suku bunga The Fed.
Investor pun akhirnya memperkirakan akan terjadi pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan ini, dengan pemangkasan tambahan sebesar 25 basis poin diantisipasi pada bulan Desember.
"Meningkatnya tingkat ketidakpastian cenderung mendorong kenaikan harga emas dan kami melihat tema ini kembali terulang," kata Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer.
"Dinamika pasar berupa penurunan suku bunga AS dan penutupan pemerintah yang sedang berlangsung masih menguntungkan emas. Namun, godaan untuk mengambil untung di kisaran US$ 4.000 menimbulkan potensi risiko jangka pendek," sambungnya.
Para analis juga menilai, perasaan takut ketinggalan pada akhirnya juga mendorong reli. Selain itu, gejolak politik di Prancis dan Jepang juga telah meningkatkan permintaan untuk emas batangan sebagai aset safe haven.
"Kenaikan terbaru dipicu oleh terpilihnya Sanae Takaichi akhir pekan lalu dan prospek defisit anggaran yang lebih dalam di Jepang. Hal itu sendiri terkait dengan tema utama saat ini, perdagangan 'lari cepat'," kata analis Capital.com, Kyle Rodda.
Para analis memperkirakan arus masuk yang kuat ke dalam dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) yang didukung oleh emas fisik, pembelian oleh bank sentral, dan prospek suku bunga AS yang lebih rendah akan mendukung harga emas pada tahun 2026.
Hal ini yang mendorong Goldman Sachs dan UBS untuk menaikkan proyeksi harga mereka. Di pasar logam mulia lainnya, perak spot naik 1,3% menjadi US$ 48,44 per ons, platinum naik 2,4% menjadi US$ 1.657,33, dan paladium naik 2,3% menjadi US$ 1.368,68.
Tonton juga Video: Harga Emas Gila-gilaan, Apa Penyebabnya?