RI Tak Bisa Lagi Andalkan Investasi China, Ini Alasannya

RI Tak Bisa Lagi Andalkan Investasi China, Ini Alasannya

Retno Ayuningrum - detikFinance
Jumat, 24 Okt 2025 15:05 WIB
Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Septian Hario Seto.
Foto: Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Septian Hario Seto
Jakarta -

Dewan Ekonomi Nasional (DEN) menilai Indonesia tidak bisa lagi terlalu bergantung pada investasi langsung (foreign direct investment/FDI) dari China. Sebab, situasi global yang penuh ketidakpastian membuat China menahan arus modal keluar.

Septian mengatakan Indeks Ketidakpastian Ekonomi atau World Uncertainty Index (WUI) global tertinggi sejak 2018. Berbagai faktor, seperti Amerika Serikat (AS)-China, perang tarif dagang, perubahan iklim, hingga perkembangan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan membuat dunia berada dalam situasi yang sulit diprediksi. Salah satu akibat dari ketidakpastian global terjadi penurunan FDI yang signifikan, termasuk China.

"Kalau dalam 5-8 tahun terakhir kita melihat banyak sekali FDI dari Tiongkok dan masuk ke Indonesia, masuk ke negara-negara berkembang yang lain, ini mungkin sesuatu yang tidak bisa kita harapkan dalam beberapa tahun ke depan," ujarnya di St. Regis Jakarta, Jumat (24/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Septian menyebut ada dua alasan utama China menahan arus modal keluar. Pertama, kondisi domestik China yang sedang melemah. Pertumbuhan ekonomi China kini di bawah 5% dengan angka pengangguran meningkat.

"Fokus mereka adalah stabilisasi ekonomi. Jadi dia akan mengurangi sebisa mungkin potensi capital outflow keluar dari Tiongkok. Jadi kalau investasi dari jalur Tiongkok," imbuhnya.

ADVERTISEMENT

Ia menambahkan saat ini ingin investasi ke luar negeri harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah China. Kedua, China kini memperketat ekspor di sektor teknologi.

"Bagaimana antisipasinya positif Tiongkok yang sudah banyak masuk investasi di Indonesia? Beberapa, mereka IPO sebagian besar itu akan diinvestasikan masuk ke Indonesia, jadi mereka tidak lagi mengandalkan dana-dana yang ada di dalam Tiongkok, mereka praktis di Hongkong," terangnya.

(rea/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads