Bocoran Isu yang Dibahas Donald Trump & Xi Jinping di Korea

Bocoran Isu yang Dibahas Donald Trump & Xi Jinping di Korea

Retno Ayuningrum - detikFinance
Senin, 27 Okt 2025 23:26 WIB
Hubungan Presiden AS Donald Trump-Presiden China Xi Jinping memanas. Keretakan hubungan diplomasi itu karena Trump kecewa dengan China terkait virus Corona.
Presiden Chian Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.Foto: Getty Images
Jakarta -

Jika tak ada aral melintang, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu di Korea Selatan pada Kamis (30/10/2025).

Pertemuan kedua pemimpin ini akan membahas sejumlah isu penting, termasuk mencegah perang dagang kembali memanas.

Seperti diketahui, China dan AS telah saling menaikkan tarif atas ekspor masing-masing serta mengancam akan menghentikan perdagangan di sektor mineral kritis dan teknologi strategis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati begitu, kedua pihak tidak mengharapkan adanya terobosan besar yang dapat memulihkan kondisi perdagangan, seperti sebelum pelantikan Trump pada Januari lalu.

Berikut sejumlah isu yang diperkirakan akan dibahas Trump dan Xi Jinping, dilansir dari Reuters, Senin (27/10/2025):

ADVERTISEMENT

Ekspor Logam Tanah Jarang

China telah memperketat ekspor logam tanah jarang (rare earths) dengan memperketat pengawasan terhadap pengguna semikonduktor, serta menerapkan aturan baru yang mewajibkan kepatuhan bagi produsen asing yang menggunakan bahan asal China.

Langkah ini telah mengguncang para produsen global yang bergantung pada pasokan dari negara tersebut. China sendiri memproduksi lebih dari 90% logam langka olahan dan magnet berbahan logam langka dunia yang digunakan dalam berbagai teknologi modern, mulai dari ponsel pintar hingga pesawat tempur.

Amerika Serikat telah meminta China mencabut pembatasan tersebut. Usai pertemuan di Malaysia akhir pekan lalu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan bahwa China sepakat akan menunda lisensi ekspor yang diperpanjang selama satu tahun dan meninjau ulang kebijakan tersebut. Namun, China belum membahas langkah-langkah spesifik terkait hal itu.

Tarif Fentanyl

Trump memberlakukan tarif sebesar 20% terhadap impor dari China lantaran China dinilai gagal menekan peredaran bahan kimia prekursor yang digunakan untuk memproduksi fentanyl-obat terlarang yang telah menyebabkan hampir 450.000 kematian akibat overdosis di AS. Tarif tersebut tetap berlaku meski kedua pihak sempat mencapai gencatan dagang.

China membela diri. Negara Tirai Bambu itu menuduh AS menggunakan isu fentanyl untuk memeras China. Kedua negara telah mengalami kebuntuan selama berbulan-bulan terkait isu ini, dan topik fentanyl kembali dibahas dalam pertemuan di Kuala Lumpur.

Biaya Pelabuhan

Trump juga mengenakan biaya pelabuhan bagi kapal yang dibangun, dimiliki, atau dioperasikan oleh entitas China. Trump mengatakan kebijakan itu bertujuan membantu pembiayaan industri galangan kapal AS, yang diperkirakan akan menelan biaya hingga US$ 3,2 miliar bagi 10 operator kapal terbesar tahun depan.

Sebagai balasan, China menerapkan biaya pelabuhan terhadap kapal yang dimiliki, dioperasikan, dibangun, atau berbendera AS, serta menjatuhkan sanksi kepada lima anak perusahaan galangan kapal Korea Selatan yang terafiliasi dengan AS. Langkah-langkah dari kedua pihak ini telah mulai mengganggu arus logistik dan mendorong kenaikan tarif pengiriman.

Sektor Pertanian

Kabarnya China akan melakukan pembelian secara besar-besaran terhadap kedelai AS dalam kerangka kesepakatan dagang baru. Sebelumnya, China menghentikan impor kedelai dari AS sepanjang tahun ini akibat perang dagang.

Boikot dari China ini menyebabkan para petani kedelai AS kehilangan pasar ekspor terbesar dan kini menunggu paket kompensasi dari pemerintahan Trump. Analis menilai China menyadari bahwa hal ini menjadi titik lemah politik bagi Trump mengingat basis dukungannya di wilayah pedesaan terdampak menjelang pemilu paruh waktu 2026.

China sebelumnya membeli lebih dari separuh produksi kedelai AS pada 2023 dan 2024. Ekspor ke negara tersebut mencapai senilai US$ 17,92 miliar pada 2022.

Kesepakatan TikTok

Kedua negara telah mencapai kesepakatan final mengenai aplikasi TikTok usai sebelumnya, hanya mencapai kerangka divestasi mayoritas saham kepada investor AS.

Kesepakatan ini menjadi satu-satunya hasil nyata dari pembicaraan dagang bulan lalu di Madrid. Namun, kesepakatan itu belum sempat diimplementasikan.

Kedua pemimpin diharapkan meresmikan kesepakatan tersebut saat bertemu di Korea Selatan, meski belum diketahui apakah ada perubahan dari kerangka awal yang telah disepakati.

Tarif Dagang

Kedua negara juga membahas peluang memperpanjang masa penangguhan tarif timbal balik AS terhadap China. Saat ini tarif yang dikenakan oleh Trump ke China dibatasi hingga 30% atas impor asal China dan akan berakhir pada 10 November.

Trump sebelumnya mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 100% terhadap barang-barang China mulai 1 November sebagai balasan atas pengetatan ekspor logam tanah jarang oleh China. Namun, ancaman tersebut tidak lagi menjadi opsi usai pertemuan kedua pemimpin negara tersebut pekan ini.

(rea/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads