Pada Oktober 2021 lalu, salah satu ekonom Indonesia mengkritik tajam soal proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Kala itu, Faisal Basri menyebut jika proyek tersebut adalah proyek mubazir. Menurutnya, operasional kereta cepat tersebut tidak akan balik modal. Saat itu, ia mengatakan jika nantinya rakyatlah yang akan membiayai proyek tersebut.
"Sebentar lagi rakyat membayar kereta cepat. Barangkali nanti tiketnya Rp 400 ribu sekali jalan. Diperkirakan sampai kiamat pun tidak balik modal," kata Faisal dikutip dari detikFinance, Rabu (13/10/2021).
Dua tahun kemudian, Ekonom senior INDEF itu kembali mengulas nasib Whoosh. Ia membuka itung-itungan balik modal proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB). Dari hasil perhitungannya tersebut, proyek raksasa tersebut berpotensi balik modal lebih dari 100 tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu ia menghitung jika modal Rp 114 triliun dapat kembali dalam jangka waktu sekitar 48,3 tahun. Faisal mengasumsikan jika tarif tiket per perjalanan adalah Rp 300. Itu pun tanpa menghitung pembayaran bunga utang sekitar 3,4%, dan ongkos operasional.
"Biaya operasi nggak dihitung, tapi nggak ada juga pendapatan dari non operasional, kios-kios gitu ya. Jadi nilai investasinya Rp 114 triliun. Pendapatan dari penumpang setiap tahun Rp 2,36 triliun. Ini butuh waktu 48,3 (tahun) tanpa ongkos operasi tanpa macam-macam, tanpa bayar bunga. Tapi kan ini janji surga, asumsinya surga," ujarnya seperti tertulis dalam detikFinance, Selasa (17/10/2023).
Mega proyek yang kala itu disetujui oleh Presiden Jokowi lewat pendanaan dari APBN tersebut dinilai akan menjadi beban jangka panjang. Hal tersebut diungkapkan oleh Ekonom Center of Reform of Economics (CORE), Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, risiko akan terus membesar apabila ada perhitungan yang meleset di masa depan.
Belum lama, perkara Whoosh muncul kembali. Terkait hal ini, Presiden Jokowi menyebut jika tidak semua proyek harus mencari profit. Ia menyebut, Whoosh merupakan investasi sosial. Ia mengingatkan jika kondisi lalu lintas di Jakarta sudah parah. Begitu pula di Bandung. Maka ia melihat jika Whoosh merupakan solusi yang bisa diberikan pemerintah saat itu dengan harapan masyarakat dapat beralih ke kendaraan umum.
Ia juga berharap dengan adanya hal ini, kerugian yang disebabkan oleh kemacetan dapat tereduksi. Jokowi mengatakan jika dengan peralihan penggunaan jenis kendaraan ini, konsumsi karbon juga akan berkurang.
"Ini, jadi kita harus tahu masalahnya dulu, ya. Di Jakarta itu kemacetannya sudah parah. Ini sudah sejak 30 tahun, 40 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu dan Jabodetabek juga kemacetannya parah," kata Jokowi, dilansir detikJateng, Senin (27/10/2025).
"Termasuk Bandung juga kemacetannya parah. Dari kemacetan itu, negara rugi secara hitung-hitungan kalau di Jakarta saja kira-kira Rp 65 triliun per tahun. Kalau Jabodetabek plus Bandung kira-kira sudah di atas Rp 100 triliun per tahun," lanjut dia.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengamini pernyataan Jokowi tersebut. Soal proyek transportasi modern ini, Purbaya juga menyebut jika hal tersebut menjadi bagian dari misi pengembangan kawasan daerah atau regional development.
"Ada betulnya juga sedikit, karena kan Whoosh sebetulnya ada misi regional development juga kan," ujar Purbaya di Menara Bank Mega, Jakarta, Selasa (28/10/2025).
Namun membahas Soal polemik utang Whoosh yang dibayar menggunakan APBN, Purbaya kembali mengatakan jika ia tidak setuju jika uang negara dipakai untuk membiayai utang kereta cepat pertama di Asia Tenggara tersebut.
Penarikan dukungan APBN proyek itu diharapkan dapat meminimalisir risiko fiskal. Seperti ditulis detikFinance, Purbaya menekankan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) yang seharusnya turun tangan membayar utang itu.
"Sekarang nggak ada (risiko fiskal), kan Danantara yang bayar (utang) harusnya," kata Purbaya, Selasa (28/10/2025).
Lalu apa sebenarnya risiko fiskal yang dimaksud oleh Purbaya? Jika memang ada restrukturisasi utang terkait proyek kereta cepat Jakarta-Bandung ini, bagaimana mekanisme yang harus dijalankan? Utamanya, bagaimana hal tersebut nantinya berimbas kepada para konsumen Whoosh? Temukan jawabannya dalam Editorial Review.
Masih membahas soal investasi infrastruktur, detikSore akan mengulas polemik pembangunan lift di Pantai Kelingking, Klungkung, Bali. Proyek yang sudah direncanakan beberapa tahun silam tersebut kini sudah dalam tahap pembangunan.
Hingga tahap ini, polemik pembangunan lift kaca itu masih menuai pro-kontra bahkan di dunia maya. Meski memperoleh banyak sorotan, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Klungkung, I Made Sudiarkajaya, menegaskan seluruh perizinan pembangunan sudah lengkap.
Merangkum dari detikBali, proyek senilai 200 M tersebut sudah memenuhi banyak perizinan mulai dari Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL-UPL), Persetujuan Bangunan Gedung (PBG), Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR), Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (PBBR), hingga Nomor Induk Berusaha (NIB).
Lalu bagaimana perkembangan terbaru soal polemik ini? Ikuti diskusinya bersama Jurnalis detikBali dalam Berita Nusantara detikSore.
Jelang petang nanti, detikSore akan menghadirkan Idgitaf. Dua tahun setelah album penuh perdananya, Mengudara (2023), penyanyi & penulis lagu Idgitaf menghadirkan single terbarunya, "Sedia Aku Sebelum Hujan". Sebagai pengantar menuju album kedua Gita yang akan terbit pada tahun 2026, lagu tersebut menampilkan warna musiknya yaitu pop sukacita berbaur apik dengan country.
Tidak ketinggalan, Idgitaf masih konsisten dengan lirik lugas tentang deklarasi cinta. Idgitaf menyebut bahwa album barunya ini hasil dari diskusi dengan pikiran dengan dirinya sendiri. Seperti apa cerita dibalik karya terbaru dari Idgitaf? Simak obrolan dan penampilan live nya hanya dalam Sunsetalk!
Ikuti terus ulasan mendalam berita-berita hangat detikcom dalam sehari yang disiarkan secara langsung langsung (live streaming) pada Senin-Jumat, pukul 15.30-18.00 WIB, di 20.detik.com dan TikTok detikcom. Jangan ketinggalan untuk mengikuti analisis pergerakan pasar saham jelang penutupan IHSG di awal acara. Sampaikan komentar Anda melalui kolom live chat yang tersedia.
"Detik Sore, Nggak Cuma Hore-hore!"











































