Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengaku baru menyadari bahwa jabatannya memiliki kekuasaan yang sangat besar. Bahkan, dirinya bisa langsung turun tangan menindak kementerian/lembaga (KL) yang nakal, termasuk Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Purbaya mulanya bicara tentang kebijakannya menempatkan saldo anggaran lebih (SAL) pemerintah Rp 200 triliun di perbankan. Selaras dengan hal itu, ia juga sempat beberapa kali berkunjung ke kantor Himbara dalam memastikan dana tersebut dimanfaatkan dengan baik.
Meski dirinya tidak punya kuasa langsung di perbankan, namun dirinya merupakan Anggota Dewan Pengawas Danantara yang menaungi para Himbara tersebut. Sebagai Menkeu yang menduduki posisi dewan pengawas ini, dirinya punya kuasa untuk memberikan masukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya wakil itu ya, anggota Dewan Pengawas Danantara, karena di situ kita bisa memberikan masukan yang kencang sekali. Dan Danantara juga harus bayar pajak kan. Kalau macam-macam, (bisa) kita sikat juga Danantara," kata Purbaya dalam Rapat Kerja (Raker) Komite IV DPD RI di Senayan, Jakarta, Senin (3/11/2025).
Purbaya menambahkan, hal ini juga termasuk apabila Danantara melindungi praktik-praktik buruk di tubuh BUMN, termasuk para bank-bank pelat merah. Dirinya punya kuasa untuk mengambil tindakan.
"Kalau mereka melindungi praktik-praktik yang jelek, jadi Menteri Keuangan lumayan berkuasa, rupanya saya baru tahu juga. Lucu-lucu, senang-senang juga sih," ujarnya.
Lebih lanjut Purbaya mengatakan, salah satu alasannya menempatkan dana di perbankan ialah sebagai salah satu cara untuk mendorong bank-bank tersebut menyalurkan uangnya. Namun ia juga memaksa para bank untuk terampil dalam menyalurkan uang tersebut tanpa membeli dollar hingga memberikan ke konglomerat.
"Itu yang saya paksa sebetulnya, perbankan menyalurkan uang itu dengan keterampilan mereka sendiri. Malah saya nggak ikut campur, kenapa? Tapi yang jelas nggak boleh beli dolar, nggak boleh kasih konglomerat, itu kita dua itu. SBN juga nggak boleh, kalau nggak muter-muter aja ke saya. Jadi mereka kan, kan kita tau perbankan sebenarnya pintar," terangnya.
Meski demikian, menurutnya terkadang perbankan malas untuk berinovasi dan memilih untuk menempatkan uang tersebut ke SBN. Atas hal ini, Purbaya mengunjungi kantor-kantor Himbara untuk memastikan hal tersebut.
"Saya kadang-kadang kan datang tuh ke bank-bank itu. Saya cuman tanya, saya pernah ke BNI sama Mandiri. Uangnya kemana? Penyalurannya berapa? Anda beli dolar apa nggak?," kata Purbaya.
"Dia nggak ada yang ngaku beli dolar sih. Tapi saya yakin beli dikit-dikit lah. Tapi kalau ketahuan, mereka nggak bisa lari. Ya walaupun saya nggak punya kekuasaan langsung di perbankan itu, itu kan di bawah Danantara sekarang," sambungnya.
(kil/kil)










































