Maskapai milik negara Qatar Airways memutuskan menjual seluruh kepemilikannya di Cathay Pacific Airways senilai sekitar US$ 897 juta atau sekitar Rp 14,97 triliun (kurs Rp 16.700). Maskapai asal Doha itu dari perusahaan penerbangan utama Hong Kong setelah delapan tahun berinvestasi.
Cathay mengumumkan pada Rabu malam bahwa Qatar Airways telah melepas seluruh kepemilikan sahamnya sebesar 9,7%, dan Cathay akan membeli kembali saham tersebut melalui mekanisme buyback di harga HK$ 10,8374 per saham, atau sekitar 4% di bawah harga penutupan terakhir.
Dilansir dari Reuters, Kamis (6/11/2025), Qatar Airways membeli saham Cathay pada November 2017, menjadikannya pemegang saham terbesar ketiga setelah Swire Pacific dan Air China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cathay kini membayar sekitar 35% lebih tinggi dari harga yang dibayar Qatar pada 2017 untuk membeli kembali saham tersebut. Perusahaan mengatakan transaksi akan dibiayai melalui dana internal dan fasilitas kredit yang sudah tersedia.
"Saya pikir tidak ada hal khusus dari pembelian kembali saham ini. Ini lebih berkaitan dengan kebutuhan kas Qatar Airways sendiri," kata Kenny Ng Lai-yin, analis sekuritas di China Everbright Securities International.
Ng menambahkan, langkah ini positif bagi harga saham Cathay karena mengurangi jumlah saham beredar dan menekan potensi tekanan jual. Saham Cathay naik 4,8% pada Kamis, sementara saham Air China yang tercatat di Hong Kong menguat 4% dan Swire Pacific naik lebih dari 1%.
Berbasis di bandara kargo tersibuk di dunia, Cathay merupakan salah satu maskapai kargo terbesar di Asia dan diuntungkan oleh meningkatnya volume e-commerce dari China.
Investasi Qatar Airways pada Cathay pada 2017 merupakan langkah besar pertama maskapai tersebut di industri penerbangan Asia, yang bertujuan memperluas pengaruh global dan meningkatkan lalu lintas ke hub Doha.
Namun Qatar tidak memiliki perwakilan di jajaran direksi, sehingga pengaruhnya terhadap maskapai yang dikelola Swire Pacific itu sangat terbatas. Sebelum masuk sebagai pemegang saham, Cathay pernah terbang antara Hong Kong dan Doha melalui kerja sama codeshare pada 2014-2016, namun rute itu dihentikan karena alasan komersial.
CEO Qatar Airways Badr Mohammed Al-Meer mengatakan langkah keluar dari Cathay mencerminkan strategi portofolio yang disiplin, apalagi perusahaan mencatat hasil yang kuat dalam beberapa waktu terakhir. Penjualan ini, menurutnya, memungkinkan perusahaan mengoptimalkan investasi dan memposisikan diri untuk pertumbuhan jangka panjang.
Maskapai Timur Tengah itu memang memiliki strategi global dengan berinvestasi di berbagai maskapai lain, termasuk induk British Airways yaitu IAG, maskapai Amerika Selatan LATAM, hingga Virgin Australia.
Cathay mengalami kerugian berkepanjangan selama pandemi COVID-19, dengan Hong Kong menjadi salah satu wilayah terakhir yang mencabut pembatasan perjalanan. Namun bisnis perusahaan mulai pulih, di mana Cathay dan anak usahanya HK Express mengangkut 20% lebih banyak penumpang pada September dibandingkan tahun sebelumnya.
Tonton juga video "Kemana Arah Pergerakan IHSG Jelang Akhir Tahun?"
(ily/eds)










































