Selama mendampingi Presiden Prabowo Subianto di Australia, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani sempat bertemu lima CEO perusahaan besar Australia di Sydney.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Founder and Executive Chair Aspen Medical Glenn Keys, Chairman Pure Battery Technologies (PBT) Stephen Wilmot, Director Managed Investment AAM Investment Group David Paton, CEO Cue Energy Resources Matthew Boyall, dan CFO Nickel Industries Ltd Chris Shepherd.
Pertemuan ini membahas rencana investasi strategis dari masing-masing perusahaan yang bergerak di bidang kesehatan, hilirisasi, agrikultur, minyak dan gas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam kesempatan tersebut, ada beberapa hasil diskusi minat investasi yang berpotensi untuk dikembangkan. Dalam keterangan resminya, Kamis (13/11/2025), Rosan memaparkan ada lima hasil diskusi utama dengan beberapa perusahaan Australia tersebut.
Pertama, Aspen Medical disebut akan melakukan penjajakan minat investasi proyek pengembangan ulang (redevelop) RSUD Samarinda senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,7 triliun.
Kedua, Pure Battery Technologies (PBT) akan berinvestasi sebesar US$ 350 juta atau sekitar Rp 5,84 triliun di Batang Industrial Park untuk pengembangan material katoda.
Ketiga, AAM Investment Group akan mengembangkan peternakan sapi di Lampung dan aktif dalam program pelatihan tenaga kerja Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA).
Keempat, ada Cue Energy Resources yang ingin menambah investasi untuk sektor minyak dan gas. Kelima, Nickel Industries Ltd berniat untuk berekspansi pada fasilitas pengolahan nikel di Indonesia.
Dalam pertemuan itu, Rosan juga menyoroti peningkatan hubungan ekonomi Indonesia-Australia yang terus menguat, dengan nilai investasi Australia di Indonesia dalam lima tahun terakhir tercatat USS 2,8 miliar, didominasi oleh sektor pertambangan, perhotelan, dan layanan kesehatan.
Sementara itu, nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai US$ 15,4 miliar pada 2024, atau naik 23,5% dibanding tahun sebelumnya.
"Melalui IA-CEPA, kita tidak hanya membuka pintu bagi investasi, tetapi membangun jembatan kolaborasi yang berkelanjutan. Indonesia siap bertransformasi menjadi pusat investasi hijau dan bernilai tambah di kawasan," ungkap Rosan.
Dalam kesempatan itu, Rosan juga menjelaskan regulasi baru kepada pengusaha Australia yaitu Peraturan Pemerintah No.28 Tahun 2025. Melalui peraturan baru ini, perizinan berusaha yang telah melewati Service Level Agreement (SLA) verifikasi dapat terbit otomatis sehingga dapat meningkatkan kepastian kepada pelaku usaha.
"Sampai dengan sekarang, sistem Online Single Submission (OSS) telah menerbitkan sebanyak 134 perizinan berusaha melalui mekanisme fiktif positif, sehingga proses investasi dapat berlangsung lebih cepat dan efisien," papar Rosan.
Rosan juga menawarkan tiga sektor prioritas kerja sama yang bisa dijajaki pihak Australia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Pertama, mengenai hilirisasi sumber daya alam, termasuk pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik dan panel surya.
Kedua, energi baru dan terbarukan, dengan potensi mencapai 3.700 GW dari tenaga surya, angin, air, bioenergi, dan panas bumi.
Dan ketiga ada di sektor kesehatan, dengan proyeksi belanja kesehatan Indonesia mencapai US$ 138 miliar pada 2040, didukung pembentukan KEK Kesehatan di Bali dan Batam.
Saksikan Live DetikSore :
(hal/hns)











































