Ekonomi Jepang Minus 1,8%

Ekonomi Jepang Minus 1,8%

Retno Ayuningrum - detikFinance
Selasa, 18 Nov 2025 08:58 WIB
FILE PHOTO: A Japanese flag flutters atop the Bank of Japan building in Tokyo, Japan, September 21, 2016.
Ilustrasi Bendera Jepang - Foto: REUTERS/Toru Hanai/File Photo
Jakarta -

Ekonomi Jepang terkontraksi pertama kalinya dalam enam kuartal. Ekonomi Jepang turun 1,8% secara tahunan (yoy) pada kuartal III-2025.

Melansir dari CNBC International, Selasa (18/11/2025), secara kuartalan, Produk Domestik Bruto (PDB) Negeri Sakura secara kuartalan pada periode Juli-September tercatat turun pertama kalinya dalam enam kuartal sebesar 0,4%. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini lebih kecil dari perkiraan, dengan ditopang konsumsi pemerintah dan swasta yang masih tumbuh tipis.

Permintaan publik tumbuh 2,2% secara tahunan, terutama didorong oleh konsumsi pemerintah. Sementara, permintaan swasta turun 1,8% akibat anjloknya investasi residensial yang merosot lebih dari 32%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ekspor juga melemah 4,5% pada kuartal III secara tahunan dan turun 1,2% dibandingkan kuartal sebelumnya. Pada kuartal II-2025, ekspor masih tumbuh 2,3%.

ADVERTISEMENT

Di sektor pasar keuangan, yen melemah tipis terhadap dolar AS. Indeks Nikkei 225 turun 0,29%. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun naik 3 basis poin menjadi 1,73%.

Ekspor Jepang sebelumnya mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut sejak Mei akibat tarif AS yang menekan pengiriman ke sana, meski pada September ekspor mulai kembali tumbuh. Jepang telah mencapai mencapai kesepakatan dagang dengan Washington pada Juli lalu. Kesepakatan itu menurunkan tarif terhadap produk ekspor Jepang ke AS dari 25% menjadi 15% yang efektif berlaku 7 Agustus.

Konsumsi domestik menahan perlambatan ekonomi, dengan konsumsi pemerintah dan swasta masing-masing naik 0,5% dan 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya. Permintaan publik secara kuartalan tumbuh 0,5% dan menyumbang 0,1 poin persentase terhadap pertumbuhan ekonomi Jepang.

Namun, permintaan swasta menjadi penekan utama terhadap PDB kuartal ini, turun 0,4% dibandingkan kuartal sebelumnya. Permintaan ini mengurangi pertumbuhan 0,3 poin persentase, seiring investasi residensial yang anjlok 9,4%.

Ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, Harumi Taguchi memperkirakan pertumbuhan PDB akan kembali pulih ke depan. Ia menilai dampak aturan perumahan baru akan berkurang.

Pada 2024, Jepang menerapkan standar konservasi energi yang lebih ketat untuk semua proyek baru yang dimulai sejak 1 April tahun ini. Taguchi menambahkan kesepakatan tarif AS-CHina menurunkan tarif timbal-balik mulai berdampak positif pada pesanan dari Jepang.

Pertumbuhan yang lemah ini kemungkinan akan memperkuat rencana Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih, Sanae Takaichi, untuk menggelontorkan stimulasi ekonomi.

Simak Video 'Tegang! Jepang Imbau Warganya di China untuk Hati-hati':

(kil/kil)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads