Harga Ayam dan Telur Naik, Lauk di Warteg Jadi Makin Kecil

Harga Ayam dan Telur Naik, Lauk di Warteg Jadi Makin Kecil

Aulia Damayanti - detikFinance
Selasa, 18 Nov 2025 10:14 WIB
Restoran Warteg Ma Djen yang berada di Jalan Tanah Mas Raya, Kelurahan Kayu Putih, Pulo Gadung, Jakarta Timur.
Ilustrasi/Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Pedagang warung tegal (warteg) mengakui bahwa harga daging ayam dan telur naik. Saat kedua bahan pokok itu naik, pedagang warteg tidak bisa menaikkan harga menu dari kedua bahan tersebut.

Untuk mengantisipasi kerugian, ukuran menu ayam dan telur diperkecil. Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni mengatakan untuk menu telur, pedagang akan memilih telur yang lebih kecil agar kilogram yang didapat tetap sama atau banyak.

"Sangat berpengaruh, daya beli yang belum baik, sementara harga bahan pokok tidak baik karena ada kenaikan harga. Ini membuat pedagang warteg memutar otak agar menu tetap tidak naik (harga) dengan memilih telur yang size (ukurannya kecil) kilonya banyak," kata dia kepada detikcom, Selasa (18/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian untuk menu daging ayam, ukuran potongan ayam juga diperkecil. Ia mencontohkan, biasanya satu ekor ayam dipotong 10, saat mengalami kenaikan harga, maka akan menjadi 12 potong. Tujuannya, harga tidak naik namun ukuran memang jadi lebih kecil.

ADVERTISEMENT

"Potongan ayam yang tadinya 1 ekor dipotong 10 menjadi 12 potong agar harga tetap sama, tapi sizenya dikurangin (lebih kecil)," terangnya.

Mukroni menyebutkan, menu ayam biasanya dijual pada kisaran Rp 7.000/potong, kemudian telur Rp 5.000/butir, dan sayuran Rp 3.000-an.

Dia menduga, kenaikan harga daging ayam dan telur ini terjadi karena permintaan yang meningkat dari Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Apalagi, daging ayam dan telur merupakan bahan baku tinggi protein serta murah di pasaran.

"Kenaikan bahan pokok seiring dengan permintaan, program Makan Bergizi Gratis, setelah dapur-dapur dari BGN berjalan banyak permintaan terhadap bahan-bahan pokok, terutama seperti ayam, telur karena murah dibandingkan bahan lauk lain seperti daging dan ikan," ucapnya.

Pemerintah Diminta Turun Tangan

Dia berharap pemerintah dapat turun tangan mengatasi merangkaknya harga daging ayam dan telur. Hal itu perlu dilakukan agar pasokan kedua bahan pokok itu tetap dapat terpenuhi untuk kebutuhan dalam negeri.

"Pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional untuk memantau harga dan menyikapi kenaikan harga dengan meningkatkan suplai untuk mengantisipasi permintaan kebutuhan mendadak," pungkasnya.

Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) Bank Indonesia per 17 November 2025, harga daging ayam secara rata-rata nasional mengalami kenaikan dari Rp 37.600/kg pada 16 November menjadi Rp 38.650/kg.

Secara rata-rata nasional sebenarnya masih berada di bawah harga acuan penjualan (HAP) di konsumen yang ditetapkan Badan Pangan Nasional untuk daging ayam ras sebesar Rp 40.000/kg.

Namun, harga ayam di sejumlah daerah terpantau ada yang telah melebih HAP. Harga daging ayam ras di Jakarta pada waktu yang sama secara rata-rata Rp 38.500/kg. Tetinggi harga ayam di Pasar Kramatjati Rp 40.500/kg, kemudian Pasar Minggu Rp 38.500 dan Pasar Jatinegara Rp 36.550/kg.

Kemudian harga ayam di Bogor rata-rata Rp 39.000/kg, tertinggi harga ayam di Pasar Anyar Bogor sudah tembus Rp 42.000/kg, dan harga di Pasar Warung Jambu 2 Rp 40.000/kg.

Simak juga Video 'Harga Pangan Naik, Belanja Pakai Rp 100 Ribu Dapat Apa Saja?':

Halaman 3 dari 2
(ada/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads