Jurus Purbaya Dongkrak Ekonomi: Ciptakan Ekspektasi, Berlagak Sombong-Pintar

Jurus Purbaya Dongkrak Ekonomi: Ciptakan Ekspektasi, Berlagak Sombong-Pintar

Andi Hidayat - detikFinance
Kamis, 20 Nov 2025 13:33 WIB
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyampaikan paparan saat konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, Senin (22/9/2025). Menteri Keuangan melaporkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit sebesar Rp321,6 triliun atau 1,35 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada Agustus 2025.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa/Foto: Pradita Utama
Jakarta -

Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap salah satu faktor utama yang mempengaruhi arah pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni ekspektasi. Hal itu ia ungkap berdasarkan buku berjudul The Macroeconomics of Self-fulfilling Prophecies yang ditulis oleh seorang ekonom asal Britania Raya, Roger Farmer.

"Jadi dia bilang gini, ekspektasi bisa mempengaruhi ekonomi. Kalau Anda menciptakan ekspektasi positif, maka ada kemungkinan besar ekonominya akan positif tumbuhnya," ungkap Purbaya dalam acara Ecoverse di Westin Hotel, Jakarta Selatan, Kamis (20/11/2025).

Ia menuturkan, ekspektasi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi dapat mendorong pelaku usaha melakukan ekspansi bisnisnya. Dengan ekspektasi ini, masyarakat juga akan terdorong untuk berbelanja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan hal tersebut, Purbaya berupaya menciptakan ekspektasi positif bagi pasar. Hal itu ia lakukan sejak resmi diangkat sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo Subianto beberapa bulan lalu.

"Jadi, ketika saya diberi posisi Menteri Keuangan dengan keadaan ekonomi seperti itu, saya jaringan kebijakan tadi. Jadi bukan asal ngomong. Pertama saya ciptakan ekspektasi. Gimana caranya? Saya berlagak sombong. Berlagak pinter. Memang sombong sama pinter sebetulnya juga sih. Jadi pas. Saya bilang, nggak usah takut. Kita bisa tumbuh lebih baik," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Ekspektasi itu didorong kemudian melalui sejumlah kebijakan yang ia keluarkan, salah satunya menginjeksi bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rp 200 triliun. Menurutnya, injeksi ini turut memperbaiki perekonomian.

"Setelah itu saya monitor, ada nggak perbaikan di ekonomi? Ternyata kan ada. Penjualan naik, ritel mulai naik, pasar mulai ramai, dan bank-bank sudah menyalurkan kredit," ungkapnya.

"Saya tambah Rp 200 triliun. Akibatnya apa? Saya ekonomi yang suka campur-campur. Fiskal, moneter, saya pakai semuanya. Pokoknya memaksimalkan pertumbuhan ekonomi. Yang saya mau jalankan adalah supaya fisikal jalan, monitor jalan, riil sektor jalan," pungkasnya.

Simak juga Video 'Plus-Minus Redenominasi: Nol Berkurang, Rupiah Makin Garang?':

(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads