Pelaku usaha kecil dan menengah kini makin akrab dengan dunia dagang online seiring pergeseran kebiasaan belanja masyarakat ke platform digital. Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan banyak seller UMKM mulai melihat biaya platform e-commerce sebagai bagian dari strategi investasi untuk mendorong penjualan.
Jika dulu pedagang bertumpu pada toko fisik dan promosi konvensional, kini beralih ke kanal digital dan pemasaran online sebagai strategi utama untuk menarik pembeli dan memperluas pasar.
"Sejumlah seller mulai memandang biaya administrasi dan komponen biaya lainnya sebagai bagian dari investasi yang berpotensi meningkatkan penjualan dan pertumbuhan bisnis UMKM," demikian salah satu kesimpulan survei.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Riset bertajuk 'Biaya Tambahan dan Strategi Penjualan: Membaca Suara Seller E-Commerce' ini dilakukan pada periode 19 September-9 Oktober 2025.
Menurut sigi KIC, perubahan perilaku penjual menunjukkan komponen biaya e-commerce yang paling banyak diketahui adalah admin fee komisi (41,5%), disusul payment fee (34,2%), subsidi ongkos kirim (29,1%), diskon/promo (13,8%), biaya operasional tambahan (9,3%), iklan/ads (7,3%), kampanye/campaign (1,3%), serta lainnya (21,1%)
Sebagian besar penjual UMKM menilai komponen biaya sebagai bagian strategi peningkatan penjualan, dengan skor rata-rata 8,39 (dari skala 1-10), sehingga biaya platform masuk dalam rencana bisnis mereka.
Penjual menilai komponen biaya sebagai investasi (skor 8,45) yang mendorong penjualan dan paparan (exposure) produk, hasil (8,31), serta kontribusi (8,56). Temuan ini menegaskan mayoritas seller merasakan dampak nyata biaya terhadap performa bisnis.
Riset: Seller Mulai Memandang Biaya E-Commerce Sebagai Investasi Bisnis Foto: KIC |
Dari sisi manfaat, mayoritas responden (91,2%) menilai komponen biaya sebanding dengan hasil, khususnya pada visibilitas, traffic pembeli, dan dukungan fitur promosi.
"Dari biaya yang seller keluarkan untuk berjualan di e-commerce, sebagian besar seller menilai bahwa biaya platform e-commerce tersebut sudah sebanding dengan manfaat yang mereka peroleh," menurut KIC.
Diah Ayu Normalitasari, pemilik Diah Shop/Pawon Lita, menilai biaya tambahan di e-commerce sebagai hal wajar dalam transaksi online sekaligus investasi operasional, karena akses layanan dan fasilitas promosi perlu diimbangi kontribusi biaya dari penjual.
"Customer juga paham ada biaya platform dan tetap membeli, jadi masih bisa kami sesuaikan. Kadang kalau ditanya kenapa harga naik, saya jelaskan sekarang banyak program promo dan biaya admin juga, mereka ngerti karena sering belanja online," ujarnya.
Biaya Promosi
Dari ragam komponen biaya, responden paling banyak mengalokasikan biaya untuk program diskon/promo (16,7%), disusul biaya operasional tambahan (15,1%), admin fee/komisi (14,5%), iklan (14,2%), kampanye (13,7%), subsidi ongkir (13,2%), serta payment fee (12,7%).
"Temuan ini menunjukkan bahwa strategi harga dan promosi masih menjadi pendekatan utama seller secara umum dalam menarik pembeli dan meningkatkan volume penjualan," menurut KIC.
Soal promosi, alokasi untuk biaya iklan dan kampanye berbayar juga menunjukkan tren proporsi yang cukup besar, terutama pada seller yang mengutamakan berjualan di TikTok Shop (15,4%), Tokopedia (15,2%), dan Shopee (13,8%).
Riset KIC menemukan Shopee menjadi kanal penjualan utama (57,8%), bukan hanya karena efektivitas fitur promosi dan iklan, tetapi juga kecocokan dengan target pasar (63,2%) serta kemudahan berinteraksi dengan pembeli (52%).
"TikTok Shop menarik karena konten yang interaktif dan karakter pengguna yang cenderung mudah tertarik dengan promo konten yang menghibur, sementara Shopee dianggap lebih transparan dan responsif dalam hal customer service," menurut keterangan salah satu responden, Toko Hanana Shop.
Pemahaman Komponen Biaya
Riset KIC menunjukkan seller memiliki pemahaman tinggi terhadap mekanisme biaya tambahan atau komisi di e-commerce. Rata-rata skor pemahaman tercatat 8,38 dari skala 1-10, dengan 92,7% responden masuk kategori 'paham' (skor 6-10) dan hanya 7,3% yang masih kurang memahami.
Temuan ini menegaskan mayoritas seller sudah memiliki kesadaran serta pengetahuan yang cukup baik mengenai struktur biaya yang berlaku di platform tempat mereka berjualan.
Riset: Seller Mulai Memandang Biaya E-Commerce Sebagai Investasi Bisnis Foto: KIC |
Mayoritas seller menilai e-commerce sebagai kanal paling efektif untuk berjualan. Setelah aktif, mereka mencatat lonjakan signifikan: 97,2% mengalami peningkatan jumlah pembeli, 93,3% melihat kenaikan produk terjual, dan 91,7% merasakan omzet bertambah.
Meskipun sebagian besar seller telah memahami dan menilai biaya platform sebagai bagian dari strategi bisnis, masih terdapat sebagian yang menghadapi tantangan dalam pengelolaannya.
Hasil survei mencatat 31,7% seller masih kesulitan mengatur biaya platform dan program campaign/promo dalam strategi bisnis. Namun, mayoritas (68,3%) tidak mengalami hambatan berarti, menunjukkan sebagian besar sudah memiliki pemahaman serta sistem pengelolaan biaya yang baik.
(ega/ega)













































