Respons Kemenko Perekonomian soal Kesepakatan Dagang AS & RI Terancam Batal

Respons Kemenko Perekonomian soal Kesepakatan Dagang AS & RI Terancam Batal

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 10 Des 2025 13:55 WIB
Respons Kemenko Perekonomian soal Kesepakatan Dagang AS & RI Terancam Batal
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Jakarta -

Kemenko Perekonomian, pimpinan Menko Airlangga Hartarto, buka-bukaan soal isu perundingan kesepakatan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi gagal. Perundingan dagang itu melanjutkan persetujuan soal penurunan tarif yang pernah disepakati Presiden Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto, Juli 2025 yang lalu.

Perundingan dagang itu berpotensi gagal karena pihak AS menyebut Indonesia menarik kembali beberapa komitmen yang dibuat pada bulan Juli sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.

Menurut Juru Bicara Kemenko Perekonomian Haryo Limanseto, perundingan masih terus berproses dan tidak berpotensi gagal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menyatakan tidak ada permasalahan spesifik dalam perundingan yang dilakukan. Lebih lanjut bila ada dinamika salam proses perundingan, semua disebut Haryo sebagai hal yang wajar.

ADVERTISEMENT

"Perundingan dagang Indonesia dan Amerika Serikat masih berproses, tidak ada permasalahan spesifik dalam perundingan yang dilakukan, dinamika dalam proses perundingan adalah hal yang wajar," tegas Haryo dalam keterangannya kepada detikcom, Rabu (10/12/2025).

Dia melanjutkan pemerintah Indonesia akan terus melanjutkan proses perundingan dan berharap kesepakatan bisa didapatkan segera dan menguntungkan kedua belah pihak.

Kabar gagalnya perundingan perdagangan antara Indonesia dan AS baru saja dilaporkan oleh Reuters, hari ini. Salah satu pejabat AS yang tak mau disebutkan namanya menyebut Indonesia mengingkari kesepakatan yang sudah dibuat pada bulan Juli.

"Mereka mengingkari apa yang telah kita sepakati pada bulan Juli," kata pejabat tersebut tanpa memberikan rincian tentang komitmen spesifik mana yang jadi masalah.

Bulan Juli lalu, kedua negara menyetujui satu kesepakatan yang disebut saling menguntungkan. Indonesia siap menghapus tarif pada lebih dari 99% barang AS dan menghapus semua hambatan non-tarif yang dihadapi perusahaan Amerika. Sementara AS akan menurunkan tarif yang akan diberikan pada produk Indonesia menjadi 19% dari mulanya 32%.

Presiden AS Donald Trump yang pertama kali mengumumkan kesepakatan itu pada 15 Juli 2025 lalu. Dia menyebut kesepakatan itu adalah kemenangan besar bagi produsen mobil, perusahaan teknologi, pekerja, petani, peternak, dan manufaktur di AS.

Setelah kesepakatan itu, negosiasi dagang terus dilakukan kedua negara untuk menyelesaikan beberapa bagian kesepakatan sebelum bisa diimplementasikan masing-masing negara.

Kabarnya, baru-baru ini para pejabat yang mewakili Indonesia dalam perundingan kesepakatan dagang memberi tahu Duta Besar Perwakilan Dagang Amerika Serikat Jamieson Greer, untuk tidak dapat menyetujui beberapa komitmen yang mengikat dalam kesepakatan dagang. Indonesia disebut ingin merumuskan kembali perjanjian dagang dari ulang.

Pejabat AS percaya bahwa hal itu akan menyebabkan kesepakatan yang lebih buruk bagi Amerika Serikat daripada kesepakatan baru-baru ini yang telah dicapai dengan dua negara Asia Tenggara lainnya, Malaysia dan Kamboja.

Indonesia disebut mengalami kemunduran dalam penghapusan hambatan non-tarif pada ekspor industri dan pertanian dari AS serta komitmen untuk mengambil tindakan pada masalah perdagangan digital.

Simak juga Video: Klarifikasi Menkomdigi soal Data WNI Jadi Kesepakatan Dagang RI-AS

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads