Pemerintah RI menyatakan kesiapannya untuk menandatangani Kesepakatan Perdagangan Bebas Indonesia-Uni Ekonomi Eurasia (Indonesia- Eurasia Economic Union Free Trade Agreement/I-EAEU FTA). Dengan kesepakatan baru ini, ditargetkan nilai perdagangan akan naik hingga dua kali lipat.
Indonesia-EAEU FTA merupakan perjanjian dagang pertama Indonesia dengan kawasan ekonomi yang mencakup negara-negara lintas kawasan Eropa dan Asia. Mulanya, perjanjian ini direncanakan akan diteken pada awal tahun 2026.
Menteri Perdagangan Budi Santoso mengatakan, Indonesia memiliki banyak peluang pasar di negara-negara anggota EAEU yaitu Kazakhstan, Rusia, Armenia, Belarusia, dan Kyrgystan. Negara-negara tersebut diperkirakan potensi pasar yang ada mencapai 179,8 juta jiwa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyelesaian FTA Indonesia-EAEU membuka pasar EAEU yang cukup besar. Jadi kita itu pengen total trade-nya kalau bisa meningkat dua kali lipat," kata Budi dalam acara Strategic Forum Perdagangan Internasional: Indonesia-EAEU FTA di Hotel Fairmont Jakarta, Senin (15/12/2025).
Menurut Budi, selama ini perdagangan Indonesia dengan EAEU terus mencatatkan tren positif. Pada tahun 2024, ekspor Indonesia mencapai US$ 1,9 miliar, naik 47,03% dibandingkan dengan tahun 2023 sebesar US$ 1,3 miliar.
Sementara itu, total perdagangan tahun 2024 tercatat sebesar US$ 4,5 miliar. Sedangkan dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan total perdagangan Indonesia dengan EAEU tercatat sebesar 21,45%.
"Kita juga butuh barang-barang dari EAEU, kita juga membutuhkan barang-barang seperti barang-barang modal dari negara tersebut, tapi kita juga punya pasar yang besar di negara EAEU," ujarnya.
Pada tahun pertama implementasi E-EAEU FTA, diproyeksikan ekspor RI akan meningkat menjadi US$ 2,24 miliar dan impor jadi US$ 3,05 miliar. Angka ini akan melonjak di 2040 menjadi ekspor US$ 2,89 miliar dan impor US$ 3,71 miliar.
Lonjakan pertumbuhan perdagangan ini diproyeksikan mampu mendongkrak Produk Domestik Bruto (PDB) RI sebesar 1,3% atau senilai US$ 8 miliar, pendapatan naik hingga 1,5%, serta angka Penanaman Modal Asing (PMA) naik lebih dari 4%.
Sejumlah sektor prioritas ekspor akan digeber, antara lain sawit dan produk turunannya, karet alam, biji kopi mentah, produk perikanan, tekstil dan alas kaki, produk kakao, furnitur, mesin dan peralatan listrik, produk makanan dan minuman, minyak atsiri, bahan kimia dasar, hingga kayu dan produk kayu.
Untuk memastikan agar dampak dari perjanjian ini nantinya dapat dioptimalkan, Indonesia bersama Belarusia sepakat untuk membentuk Indonesia Belarus Business Council. Forum ini akan bekerja sama dengan kelompok pengusaha seperti Apindo dan Kadin sebagai wadah kemitraan antara RI dengan EAEU.
Sementara itu, Deputi Perdana Menteri Belarusia Viktor Karankevich, mengatakan Indonesia merupakan salah satu mitra utama di kawasan Asia Tenggara. Meski secara geografis terpisah jauh, ia menilai Belarusia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan, khususnya menyangkut kebijakan luar negeri multisektoral yang berorientasi pembangunan kemitraan.
"Ini menjadi landasan untuk kita bisa bekerja sama dan kita bisa melakukan negosiasi dan kita bisa melakukan hubungan yang setara. Perekonomian Indonesia dan Belarusia saling melengkapi," kata Viktor, dalam sambutannya.
Viktor mengatakan, saat ini pihaknya telah memasok pupuk dan sejumlah produk pangan ke Indonesia. EAEU siap untuk memperluas kerja sama di bidang-bidang lainnya, khususnya untuk mendukung agenda pembangunan nasional dari Presiden Prabowo Subianto.
Pemerintah RI dan EAEU menargetkan, penandatanganan kerja sama perdagangan bebas ini dapat berlangsung paling cepat pada 20-21 Desember 2025 di EAEU Summit, St Petersburg, Rusia.
Simak juga Video 'Transaksi Perdagangan Karbon Indonesia di COP30 Capai Rp 7 T':
(acd/acd)










































