Zulhas Ungkap Alasan Tolak Impor 380 Ribu Ton Beras Industri

Zulhas Ungkap Alasan Tolak Impor 380 Ribu Ton Beras Industri

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 16 Des 2025 17:43 WIB
Zulhas Ungkap Alasan Tolak Impor 380 Ribu Ton Beras Industri
Foto: Andhika Prasetia/detikcom
Jakarta -

Kementerian Koordinator Bidang Pangan (Kemenko Pangan) menolak usulan untuk mengimpor sebanyak 380.952 ton beras industri tahun depan. Hal ini seiring dengan tercapainya Indonesia swasembada beras.

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan (Zulhas) mengatakan, saat ini Indonesia telah mampu memenuhi kebutuhan berasnya melalui produksi dalam negeri sehingga tidak perlu impor.

"Ya berasnya (hasil produksi dalam negeri) banyak, masa impor," kata Zulhas, ditemui usai Rapat Koordinasi tingkat menteri di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Jakarta Pusat, Selasa (16/12/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, kebutuhan beras konsumsi dan industri berbeda. Beras yang diimpor untuk kebutuhan industri biasanya memiliki jenis spesifikasi kualitas, serta fungsi yang berbeda.

Namun saat ditegaskan kembali menyangkut kebutuhan industri, Zulhas enggan menjawab. Padahal, tidak semua jenis beras yang dibutuhkan industri diproduksi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

Kementerian Perindustrian mengajukan impor beras industri sebanyak 380.952 ton untuk tahun depan. Namun demikian, usulan itu ditolak dalam rapat lantaran produksi dalam negeri dinilai mampu memenuhi kebutuhannya.

"Ada usulan untuk beras industri sebesar 380.952. Kemudian kita tidak berikan untuk importasinya, kita akan penuhi dari dalam negeri," ujar Deputi Bidang Koordinasi Tata Niaga dan Distribusi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Pangan, Tatang Yuliono, dalam kesempatan terpisah.

Selain kebutuhan industri, Tatang juga memastikan, Indonesia tidak akan membuka keran impor untuk beras konsumsi. Tatang menyebut, kebijakan itu juga berlaku untuk zona perdagangan bebas seperti di Sabang, Aceh.

"Pokoknya beras kita sudah swasembada dan tidak ada importasi untuk beras konsumsi sama sekali," katanya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang Januari-Oktober 2025, Indonesia melakukan impor beras sebesar 364,3 ribu ton dengan nilai US$ 178,5 juta. Adapun negara tujuan utama impor berasal dari Myanmar, Thailand dan India.

Masih berdasarkan data BPS, impor beras didominasi oleh jenis beras pecah alias broken rice, other than of a kind used for animal feed (HS 10064090). Beras ini biasanya digunakan untuk bahan baku industri.

Kementerian Pertanian (Kementan) menekankan beras impor yang masuk tahun ini merupakan bagian dari kebijakan beras khusus dan beras industri berbasis neraca komoditas. Hanya jenis beras yang tidak diproduksi dalam negeri atau dibutuhkan sebagai bahan baku industri yang dapat masuk.

"Yang perlu dipahami publik, tidak ada satu pun impor beras medium. Yang masuk hanya beras kebutuhan khusus, beras premium tertentu dan beras industri, tidak menyentuh konsumsi masyarakat umum," kata Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementan Moch Arief Cahyono.

Jenis beras yang masuk meliputi beras pecah 100% atau menir (HS 1006.40.90) sebagai bahan baku industri, beras kebutuhan khusus termasuk untuk penderita diabetes, serta beras khusus untuk restoran asing dan hotel. Selain itu, terdapat varian khusus berkode HS 1006.30.99 seperti basmati, jasmine dan japonica dengan tingkat kepecahan maksimal 5% yang memang tidak diproduksi di Indonesia.

Arief memastikan masuknya beras khusus tersebut tidak mempengaruhi pasar beras medium dan tidak menekan harga gabah petani. "Segmen industri harus berjalan, tetapi stabilitas pangan dan perlindungan petani tetap menjadi prioritas," ujarnya.

Tonton juga video "Zulhas Dukung Bahlil soal Usulan Koalisi Permanen"

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads