RI-Rusia Terganjal Bahasa
Kamis, 06 Sep 2007 13:35 WIB
Jakarta - Perdagangan RI-Rusia tak kunjung meningkat signifikan. Salah satunya karena bahasa Indonesia dan Rusia yang sama sekali nggak nyambung. Seperti yang terjadi dalam 'Indonesia Russia Business Forum' di Ritz Carlton, Jakarta, Kamis (6/9/2007), yang digelar bersamaan dengan kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sebagian besar pembicara Rusia menggunakan bahasa Rusia, sementara semua pembicara dari Indonesia menggunakan bahasa Inggris. Meski ada penterjemah, namun tetap saja suasananya menjadi kurang klop. Ketua Kadin Komite Indonesia Rusia Didie W Soewondho disela-sela acara tersebut mengakui adanya kendala bahasa antara dua negara yang mengganggu masalah perdagangan. "Dari lima kendala hubungan dagang Indonesia Rusia, pertama adalah bahasa yang sulit," katanya. Kedua, lanjutnya, adalah budaya masyarakat Rusia yang sifatnya cenderung tertutup. "Tapi kalau sudah dekat kekeluargaanya luar biasa," katanya. Ketiga adalah sistem berdagang Rusia yang dinilai belum modern. Misalkan untuk standarisasi dokumen-dokumen perdagangan. Keempat adalah ketidaktersediaan data dari mereka. "Dulu mereka nggak mau ngasih," katanya. Namun sejak adanya MoU antara kedua negara tahun lalu, mereka konsekuen soal keterbukaan. Terakhir adalah bagaimana kalau terjadi dispute. "Kita harus menyepakati apakah melalu musyawarah mufakat atau abritase," katanya. Ia juga menambahkan, meskipun termasuk anggota WTO, bukan berarti keduanya punya akses seluasnya begitu saja.
(lih/qom)