Demikian disampaikan pengamat ekonomi, Fadil Hasan, dalam acara bertajuk "Catatan Akhir Tahun Indonesia" di Restoran Bebek Bali, Senayan, Jakarta, Senin (26/12/2007).
"Kebijakan pemerintah untuk memberikan peluang dan insentif pada industri makro seperti telekomunikasi dan sebagainya, telah menyebabkan stagnansi pertumbuhan industri pertanian," kata Fadil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dampaknya adalah terjadinya lonjakan harga minyak goreng domestik," kata Fadil.
Akan tetapi, ia menekankan, industri agrobisnis lainnya, yaitu pertanian yang justru menjadi titik vital bagi berkembangnya ekonomi Indonesia, malah kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
"Hingga kuartal III 2007, pertumbuhan industri pertanian masih di kisaran satu digit, padahal sebelum krisis industri tersebut selalu mencapai dua digit. Kalau sekarang 5% kan artinya di bawah pertumbuhan rata-rata kita yang 6%," tutur Fadil.
Akibatnya lanjut Fadil, hampir tidak ada investasi baru pada sektor pertanian. Padahal, penurunan produksi agrobisnis di AS dan Australia telah menaikkan harga komoditas pertanian dunia.
"Pemerintah seharusnya bisa melihat kesempatan ini untuk mengembangkan pertanian. Kenyataannya, hampir tidak ada pembangunan irigasi dan jalan-jalan penghubung baru. Kredit perbankan juga masih minim ke sektor pertanian," kata Fadil.
Oleh karena itu, Fadil menyarankan pemerintah mulai melihat pada pengembangan sektor pertanian, ketimbang hanya fokus pada memberikan peluang dan insentif pada industri makro. (dro/ir)