Harapan di atas ia sampaikan dalam pidatonya membuka pertemuan Asia Pacific Business Advisory Council (ABAC) 2008, Senin (21/1/2008) di Istana Negara, Jl. Veteran, Jakarta.
"Mencari kesepakatan perjanjian perdagangan bebas yang berkualitas dan menyiapkan model yang sesuai adalah kontribusi penting. Tidak hanya apa jenis proses kerjasama yang cocok untuk menjawab tantangan itu, tapi yang lebih penting adalah nilai dan prinsip sebagai dasar kerjasama," kata SBY.
Tantangan yang dimaksud presiden adalah lonjakan harga minyak dunia menjelang akhir tahun lalu. Meski belakangan harganya terus turun, tapi belum ada jaminan akan sampai pada harga awal yang normal.
Belum lagi dampak dari gejolak ekonomi AS. Sebagai negara dengan pasar terbesar dunia, guncangan di AS baik secara langsung atau tidak langsung akan membawa dampak pada negara-negara lain dan ekonomi global pada gilirannya.
"Kedatangan para delegasi ABAC bertepatan dengan adanya tantangan atas kepastian dan stabilitas perekonomian internasional dan sistem perdagangan yang mempengaruhi dunia bisnis," ujarnya.
Pertemuan pertama ABAC 2008 diikuti delegasi dari sedikitnya 60 negara ini akan berlangsung sampai 23 Januari lusa. Acara pembukaan dihadiri antara lain oleh Menko Perekonomian Boediono, Menkeu Sri Mulyani, Mendag Mari Elka Pangestu, Menlu Hassan Wirajuda, Ketua KADIN M.S Hidayat dan Ketua BKPM M.Lutfi.
Agenda yang dibahas adalah pengintegrasian sistem keuangan, kerjasama antar kawasan membangun sistem keuangan, memfasilitasi investasi, mengkaji ulang desain perdagangan, mencari prioritas keamanan energi, keuangan mikro dan tehnologi informasi. Hasil pertemuan ABAC 2008 akan ditindaklanjuti pada pertemuan APEC di Peru pada November tahun ini.
(lh/qom)