Produk Melamin Berbahaya Serbu Indonesia

Produk Melamin Berbahaya Serbu Indonesia

- detikFinance
Kamis, 10 Apr 2008 16:13 WIB
Jakarta - Indonesia saat ini banyak diserbu oleh produk melamin asal China yang mengandung ureaformaldehyde. Selain bisa mengancam kesehatan, produk melamin asal China ini juga dapat mengganggu daya saing produk melamin dalam negeri karena harganya lebih murah.

Melamin adalah produk turunan dari plastik yang sering digunakan untuk perlatan rumah tangga termasuk gelas, piring dan lain-lain.

Demikian disampaikan oleh Direktur Pelatihan Industri Asosiasi Industri Plastik dan Olefin Indonesia (Inaplas) Yosef Santo, di Hotel Grand Hyatt, Jakarta, Kamis (10/4/2008).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada masalah berat terhadap bidang melamin dari produk RRC yang sekarang ini cukup tinggi masuk ke kita, yang dibuat dari ureaformaldhyde harganya lebih murah sepertiganya," katanya.

Yosef sangat menyayangkan produk-produk melamin tersebut bebas masuk ke Indonesia, padahal katanya dengan adanya campuran unsur ureaformaldehyde, produk melamin yang dihasilkan bisa mudah bereaksi secara kimia sehingga bisa mengacam pada kesehatan manusia termasuk penyakit kanker dan lain-lain.

"Ada empat perusahaan melamin, sekarang itu gawat. Produk China itu 70% lebih murah dari produk melamin dalam negeri, peredarannya menguasai 30% di pasar," keluhnya.

Ia juga menyesalkan langkah dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) yang begitu lambat menggodok standar nasional Indonesia (SNI) melamin. "Sudah dua tahun BSN belum merampungkannya, kita usulkan kenapa kita pakai ISO dulu saja," sarannya.

Yosef juga menambahkan hingga kini sudah ada 120 anggota yang tergabung dalam Inaplas, dengan kondisi harga minyak yang tinggi pada sekarang ini banyak anggotanya terpukul terhadap kenaikan harga minyak dunia mengingat bahan baku industri plastik berasal dari minyak bumi.

"Harga dinaikan di hilir agak terjepit, barang plastik yang tidak bisa diterima. Jadi bukan hanya bicara untung lagi tetapi yang penting bisa menutup terima uang keluar uang masuk. Berbeda dengan industri yang ekspor itu bisa lebih eksis karena mengikuti harga di luar. Kalau industri besar masih bisa hidup bisa dari bank, kalau perusahaan kecil mesti mencari dananya sendiri, dari sektor hulu enggak masalah," ucap Yosef.

(hen/lih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads