Furnitur Rotan Alam Tergerus Rotan Plastik

Furnitur Rotan Alam Tergerus Rotan Plastik

- detikFinance
Senin, 28 Apr 2008 14:39 WIB
Jakarta - Pangsa pasar ekspor furnitur rotan alam semakin tergerus dengan kehadiran furnitur rotan plastik yang menguasai 35% pangsa pasar furnitur rotan untuk ekspor. Hal ini menjadi ancaman bagi produsen rotan alam di berbagai negara termasuk Indonesia.

Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Ambar Tjahyono di gedung Departemen Perindustrian (Depperin), Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Senin (28/4/2008).

"Selama 4 tahun terakhir tren permintaan pasar terhadap rotan plastik semakin tinggi, seharusnya kita bisa menggalakkan rotan alami apalagi dengan kondisi sekarang ini," kata Ambar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ambar menambahkan semakin melambungnya harga minyak dunia yang semakin menjadi-jadi, hal itu lanjut Ambar, menjadi peluang bagi produksi rotan alam untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut.

Ia mengakui kalau sekarang ini tren permintaan rotan plastik oleh pasar dunia cukup bagus karena rotan plastik memiliki keunggulan terutama dalam hal kekuatan dan variasi produk. "Rotan plastik memang lebih kuat, terutama dari cuaca, kehujanan atau kepanasan lebih tahan," ungkap Ambar.

Bahkan Ambar menambahkan bahwa nasib serupa juga dialami oleh para negara produsen rotan alam lainnya Filipina, Malaysia, Muangthai dan lain-lain.

Hingga kini negara yang paling agresif memproduksi rotan plastik adalah China. "Kita juga memproduksi rotan plastik juga, seperti pameran kemarin hampir didominasi oleh produk furnitur rotan plastik," ujar Ambar.

Untuk itu pihaknya sedang menggalakkan proses sertifikasi produk furnitur terutama tekanan besar dari pasar Eropa.

Mengenai sertifikasi produk furnitur, Ambar sangat kecewa terhadap penerbitan. "Ini yang membuat kita mangkel kita protes masalah sertifikasi di Malaysia ini. Masak Malaysia yang banyak menampung kayu ilegal kita justru mendapat sertifikat," keluhnya dengan kesal.

Tahun lalu total ekspor untuk  mebel dan kayu US$ 2,2 miliar termasuk didalamnya produk rotan alam. (hen/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads