Hal tersebut disampaikan Menperin Fahmi Idris dalam pameran produk interior dan craft ICRAFT 2008 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Rabu (17/6/2008).
"Di Cirebon misalnya, awalnya bisa mengekspor rata-rata 2.000 kontainer mebel rotan, tapi ketika saya kesana pada Agustus 2007 ekspor mebel rotan tinggal 200 kontainer
karena bahan baku rotan banyak dieskpor ke luar," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pengusaha mengalami kesulitan mencari bahan baku rotan karena petani rotan lebih memilih untuk mengekspor produksi," ujarnya.
Fahmi pun lalu meminta instansi terkait untuk melarang ekspor 5 jenis rotan mentah yang selama ini digunakan para produsen mebel rotan dalam negeri.
Para stakeholder di rotan telah bertemu di Palu, Sulawesi Tengah untuk membahas masalah ini. Menurut Fahmi, dalam pertemuan itu disepakati suatu kebijakan yang mengutamakan rotan untuk furnitur dalam negeri.
"Hasilnya dalam pertemuan itu kita boleh mengeskpor rotan tapi hanya yang tidak digunakan untuk industri dalam negeri itu ada 5 jenis rotan yang sangat dibutuhkan industri furnitur dalam negeri," ujarnya.
Selain dari 5 jenis rotan itu, rotan lainnya boleh diekspor. "Tapi saya minta dalam bentuk setengah jadi bukan mentah. Kini bolanya ada di Depdag," ujarnya.
Sementara itu mengenai kerajinan di Indonesia, Fahmi menuturkan industri kreatif telah berkontribusi 6,28 persen terhadap PDB, sementara industri kerajinan 25,51 persen.
"Saya harapkan peranan industri kerajinan bisa ditingkatkan lagi selain menyumbang pertumbuhan ekonomi juga menyerap peluang tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan," ujarnya.
Indonesia lanjut Fahmi merupakan salah satu negara yang memproduksi kerajinan terbesar di Asia Tenggara misalnya ukiran kayu dari Bali, ukiran mebel dari Jepara, anyaman daun dan bambu dari Jawa dan manik-manik dari Kalimantan. (ddn/ir)