Adidas Putuskan Kontrak PT Prima

Adidas Putuskan Kontrak PT Prima

- detikFinance
Kamis, 19 Jun 2008 13:45 WIB
Jakarta - Perusahaan sepatu merek dunia, Adidas memutus kontrak pengerjaan sepatu kepada PT Prima Inreksa Industries di Tangerang. Putus kontrak itu mengancam nasib 7.000  karyawan. Putus kontrak dilakukan Adidas karena supplier tidak mampu menyuplai karena memiliki banyak utang.    

Departemen Perindustrian kini tengah berupaya mencari jalan tengah dan mencoba memfasilitasi pinjaman sebesar US$ 5 juta ke Bank BNI namun pihak BNI angkat tangan.

Demikian dikatakan oleh Direktur Jenderal Industri  Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka (ILMTA) Ansari Bukhari di Gedung Depperin, Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (18/6/2008).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pihak mereka sudah bertemu dengan kami sejak tiga bulan lalu, kita sudah mencoba memfasilitasi ke Bank BNI, tapi BNI angkat tangan," ujarnya.

Namun upaya tersebut ditolak BNI karena PT Prima Inreksa sudah tidak memiliki lagi aset yang dapat dijadikan jaminan, mengingat seluruh asetnya telah diagunkan. PT Prima Inreksa terbelit banyak utang baik kepada supplier maupun kepada pihak buyer. Ansari memperkirakan utang perusahaan sepatu tersebut berkisar
puluhan miliar rupiah.

Ia juga mengakui tidak tahu apa yang menjadi penyebab perusahaan itu banyak utang. "Yang saya tahu pihak manajemen yaitu Elmor Simorangkir pindah keluar negeri. Penyebab masalah internalnya saya tidak tahu," ungkapnya.

Ansari menegaskan pemutusan kontrak tersebut bukan karena iklim usaha yang tidak nyaman tapi lebih karena masalah internal perusahaan.   

"Ini bukanlah karena iklim usaha, tapi karena masalah internal perusahaan, jadi nggak akan pindah, lebih pada manajemen," katanya. Sehingga lanjut Ansari, kemungkinan Adidas tidak akan hengkang, tetapi hanya mengalihkan pesanannya ke perusahaan lainnya di Indonesia.

Rencana pemutusan kontrak ini karena akan mengancam nasib 7.000  karyawan perusahaan sepatu tersebut. "Akan ada mekanisme hukum yang akan berlaku, seperti PHK setelah mempailitkan perusahaan," ujarnya.

Masalah rencana pemutusan kontrak ini didasarkan oleh klaim pihak Adidas yang menyatakakn bahwa pihak PT Prima Inreksa tidak memenuhi suplai yang dibutuhkan Adidas.

Fenomena banyaknya industri sepatu yang diputus kontraknya, menurut Ansari karena industri ini sangat tergantung dari buyer sehingga dimasukan dalam industri yang dikatagorikan footloose, yaitu  sangat tergantung dari pesanan. "Kalau TPT itu lebih independen sedangkan industri sepatu sangat tergantung dengan pesanan," ucapnya.

(hen/ir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads