Â
Selama ini kedua pembangkit tersebut beroperasi menggunakan BBM jenis HSD (high speed diesel). Namun dengan adanya pasokan gas yang akan menggantikan 70% penggunaan BBM, diperkirakan akan menekan biaya bahan bakar sampai 50%.
Â
Saat ini biaya bahan bakar kedua pembangkit mencapai Rp 5.4 triliun, dan diperkirakan bisa dihemat sampai Rp 2,7 triliun.
Â
"Di Bali sebenarnya ada tiga pembangkit dengan turbin gas. Tapi karena belum ada pasokan gas, maka harus pakai solar (HSD). Kami hanya memasok dua pembangkit, karena Indonesia Power punya rencana lain untuk pembangkit satunya, yaitu PLTG Pemaron (90 MW)," kata Presiden Direktur Prime Petro Service Faiz Shahab dalam keterangan pers di Graha Niaga, Jakarta, Senin (23/6/2008).
Â
Kerjasama ini akan berlangsung sampai 2026 dengan nilai kontrak Rp 10 triliun. Volume gas yang akan dipasok sekitar 50 mmscfd. Gas ini akan diambil dari lapangan gas yang dikelola Kangean Energi Indonesia di Pagerungan, terletak di utara Bali. (lih/qom)