Ketua Pelaksana Tim Nasional Penghematan Energi dan Air Eddie Widiono menjelaskan berbagai langkah penghematan yang bisa dilakukan gedung-gedung tersebut.
"Dari data kami, pemakaian listrik di gedung-gedung rata-rata hampir 60% listrik digunakan untuk AC. 15%untuk pencahayaan, 19% untuk komputer, sementara untuk lift di bawah 5%. Karena porsi AC yang besar, makanya kita fokus ke AC," jelasnya dalam keterangan pers di Departemen ESDM, Jakarta, Selasa (1/7/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Butuh satu aturan juga gimana berpakaian supaya survive di 25 derajat. Semoga nanti nggak perlu ada keharusan pakaian sipil lengkap. Karena kan cukup panas," katanya.
Demikian pula untuk masalah pencahayaan yang diatur pada watt tertentu tergantung lokasi. Untuk dalam ruangan dan di luar ruangan berbeda tergantung pencahayaan ruangan.
Sementara untuk penerangan di jalan umum yang mencapai hampir 40% tagihan listrik pemerintah, dinas setempat hanya akan menyalakan seluruh penerangan hingga jam 11 atau 12 malam. Sementara setelah jam 12, hanya 50% yang dinyalakan.
"Advertisement juga dibatasi. Pokoknya energi untuk kemewahan harus dibatasi, hanya listrik untuk kesejahteraan dan listrik untuk usaha harus bayar sesuai keekonomian," katanya.
Rencananya dalam dua bulan ke depan akan dilakukan audit reguler oleh Tim Nasional ataupun sidak oleh Presiden SBY. Sehingga pada Oktober 2008 pelaksanaan program hemat energi ini bisa diperluas ke seluruh Indonesia.
Sayangnya, belum ada mekanisme penghargaan ataupun sanksi yang jelas bagi gedung yang sukses melakukan hemat energi ataupun yang gagal.
Sementara Sekjen Departemen ESDM Waryono Karno menjelaskan, gedung Departemen ESDM bisa menghemat tagihan listrik sampai 15% dengan program penghematan tersebut.
"Langkah konkretnya AC dinyalakan jam 8 pagi, dimatikan jam 4. Dua dari empat lift kita matikan juga, mengurangi lampu tiap lantai. Stiker himbauan dipasang," katanya (lih/ir)