Hal ini terlihat dalam rapat di kantor Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi (Minerbapabum), Jl. Dr Supomo, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (28/8/2008). Rapat yang dipimpin Direktur Pembinaan Program Mineral, Batubara, dan Panas Bumi Ditjen Minerbapabum Sugiharto Harsoprayitno itu dihadiri banyak ahli geologi dan geothermal dari berbagai instansi.
Dihadirkan juga dalam rapat, pihak Vlociti Holdings, yang diwakili Dipl Ing Harijono, yang juga merupakan Direktur PT Arthasaka Daya Prima. Pimpinan Jayatu Sarana Investasi yang ditunjuk sebagai koordinator proyek ini juga hadir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga memaparkan mengenai teori dan teknik pengeboran dan pembangunan PLTP ini. Teknologi yang digunakan adalah Sirex dari Boston AS dan Turbo Jack dari Berlin Jerman. Intinya, dalam proyek ini, pihaknya akan melakukan pengeboran sedalam 20 KM ke perut bumi. Setelah itu, melalui pipa yang ditanam di perut Bumi, akan dimasukkan air. Dengan suhu sekitar 600 derajat Celsius di perut bumi itu, air akan diubah menjadi uap dan uap akan dialirkan kembali ke atas untuk menjalankan turbin.
Banyak kalangan geolog dan pakar geothermal mempertanyakan hal ini, termasuk mengapa Vlociti akan membangun PLTP di Porong. Mengapa Vlociti tidak membangun PLTP di daerah lain selain Porong. "Apalagi masyarakat Porong masih trauma dengan lumpur. Jangan-jangan nanti kalau ada pengeboran di dekat lokasi lumpur, akan terjadi lagi bencana yang sama," tanya seorang peserta rapat.
Harijono menjelaskan sejumlah alasan. Antara lain, karena pihaknya mencari daerah yang dekat dengan gardu SUTET. Selain itu, Porong juga dipilih, karena berdasarkan penginderaan satelit.
Pertanyaan lainnya juga diajukan peserta. "Saya menyangsikan, karena pengeboran itu mencapai 20 KM, jangan-jangan nanti uap yang dihasilkan di perut bumi itu akan berubah air lagi setelah sampai di permukaan bumi," tanya seorang penanya.
Masih banyak pertanyaan lain. Intinya, dari rapat ini bisa disimpulkan bahwa proyek pembangunan PLTP di Porong oleh investor AS ini masih belum meyakinkan, meski disebutkan bahwa teknologi ini sudah berhasil dilakukan di beberapa negara lain. Pihak Vlociti juga belum melakukan riset di daerah Porong, karena sampai saat ini belum memiliki izin.
"Seharusnya mereka mengkomunikasikan dengan kita sebelum menyampaikan presentasi di depan Wakil Presiden. Karena mereka butuh izin dari kita untuk melakukan riset di sana. Mereka belum bicara sama sekali dengan kita. Kita saja kemarin menolak izin Kimia Farma yang akan mengeksplorasi Iodium di dekat sana," kata Sugiharto Harsoprayitno.
Dana US$ 5,2 Miliar Siap
Sementara itu, Masdar Yuanditira dari Jatayu Sarana Investasi memastikan bahwa dana pembangunan proyek itu senilai US$ 5,2 miliar sudah siap. "Dana sudah ready, ada di kita. Tidak ada pinjaman," kata Masdar mantap.
Dana itu tinggal didatangkan ke Indonesia saja bila rencana proyek ini disetujui. Dia menjamin pihak Indonesia tidak akan mengeluarkan biaya terkait hal ini. Saat ini dana tersebut masih tersimpan di bank dan siap kapan pun untuk dicairkan.
Menurut Masdar, Jatayu Sarana Investasi selama ini sudah berpengalaman dalam pembiayaan proyek seperti itu. Saat ditanya apa hubungan Sarana Investasi Jatayu dengan Vlociti, Masdar mengaku, dirut Jatayu Sarana Investasi adalah founder Vlociti Holdings, Dr Taswin Tarib. Pria ini berasal dari Sumatera Barat.
(asy/gah)